Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/10/2017, 18:36 WIB
|
EditorShierine Wangsa Wibawa

JAKARTA, KOMPAS.com -- Skoliosis atau bengkoknya tulang belakang ke arah samping seringkali disepelekan, terutama ketika gejala yang terlihat hanya pundak yang tinggi sebelah. Padahal, bila tidak segera dikendalikan, skoliosis bisa berujung pada kecacatan hingga kematian.

Ditemui di acara Small Group Media Discussion yang diadakan oleh RS Pondok Indah Group di Jakarta pada hari ini (25/10/2017), Spesialis Bedah Ortopedi Konsultan Tulang Belakang dr Didik Librianto, Sp OT(K), berkata lengkungan tulang belakang baru bisa disebut skoliosis ketika sudah lebih dari 10 derajat.

Ketika masih sudut rendah  (20-40 derajat), gejala pertama yang dikeluhkan pasien biasanya berupa kosmetik. “Gejala pertama yang bisa dilihat adalah kalau dilihat dari belakang, pundaknya tinggi sebelah, atau ada tonjolan di punggung,” kata Didik. Selain itu, skoliosis sudut rendah juga menyebabkan rasa nyeri ketika duduk terlalu lama atau bangun tidur.

Baca juga : Obat Osteoporosis Justru Bikin Tulang Rapuh?

Akan tetapi, skoliosis dengan sudut yang lebih berat atau di atas 40 derajat dapat menimbulkan kecacatan, menganggu fungsi jantung dan paru-paru, serta menyebabkan kematian.

Pasalnya, lengkungan tulang belakang dapat mempersempit ruang jantung dan paru-paru sehingga penderita skoliosis sudut berat pun sering mengeluhkan rasa nyeri pada bagian dada dan kesulitan bernafas.

Bila telah mencapai sudut berat, maka satu-satunya jalan pengobatan adalah operasi untuk pemasangan implan yang mengkoreksi bentuk tulang belakang.

Untungnya, skoliosis sudut rendah dapat dicegah menjadi sudut berat bila telah dideteksi sejak dini.

Baca juga : Apa yang Bisa Dipelajari dari Lutut 6.000 Tahun tentang Artritis?

Didik berkata bahwa skoliosis paling sering muncul pada usia pubertas sehingga deteksi sebaiknya dilakukan pada anak usia 10-14 tahun setidaknya setahun sekali selama tiga tahun.

“Kalau di Amerika dan Eropa, sudah ada program skriningnya setahun sekali sejak SD. Pasien membungkukkan badan dan dokter meraba, apakah ada tonjolan atau tidak di punggung, apakah simetris kanan dan kirinya. Ini sangat sederhana dan bisa dilakukan juga dalam keluarga,” ujarnya.

Bila anak terdeteksi skoliosis, maka penanganan yang dapat dilakukan adalah perbaikan postur bila skoliosis disebabkan oleh kebiasaan membawa beban berat dan cara duduk yang salah, atau pemakaian brace bila sudutnya 20-40 derajat.

Pemakaian brace ini dilakukan agar sudut lengkungan tulang belakang tidak bertambah dan dapat dihentikan ketika anak mencapai usia 17 tahun.

“Sudah dipakemkan bahwa penderita skoliosis usia 17-18 tahun yang tulangnya sudah tidak bertumbuh dan sudutnya di bawah 40 derajat tidak mengalami peningkatan sudut,” kata Didik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com