Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Masih Punya Kesadaran Saat Awal Kematian, Sains Mengungkapnya

Kompas.com - 26/10/2017, 12:07 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com -Manusia yang mati tak langsung kehilangan kesadaran. Mereka akan sadar setidaknya beberapa jam sebelum akhirnya benar-benar mati.

Itu diperoleh dari hasil penelitian neurologi. Para ahli saraf mengungkapkan, otak manusia tak langsung "shut down" begitu jantung berhenti berdetak.

Dr Sam Pania, direktur penelitian perawatan dan resusitasi kritis, di NYU Langone School of Medicine, New York, bersama dengan rekannya menyelidiki bagaimana otak mati.

Parnia mengungkapkan, saat pernapasan dan detak jantung berhenti, setidaknya selama dua sampai 20 detik manusia masih sadar.

Hal ini berkaitan dengan waktu korteks serebal dalam otak (Bagian otak yang menangani pikiran yang lebih tinggi, red) diperkirakan mampu bertahan tanpa oksigen.

Parnia mengetahui hal tersebut setelah meneliti sekitar 100 orang yang pernah mengalami henti jantung, dibantu dengan CPR, dan akhirnya sintas.

Ia mendeskripsikan, pasien yang mengalami henti jantung tetap melihat sang dokter bekerja dan berusaha menyelamatkan.

Parnia melanjutkan, selama henti jantung, manusia akan kehilangan semua refleks dari otak untuk sementara.

"Gelombang otak dari korteks serebral segera tidak terdeteksi," katanya seperti dikutip Livescience, Sabtu (21/10/2017).

"Meski begitu dibutuhkan waktu berjam-jam agar organ berpikir manusia benar-benar mati," jelas Parnia.

Baca Juga: Kematian Bisa Jadi Tidak Semenakutkan yang Anda Kira

Biasanya, saat jantung berhenti berdetak, tenaga medis akan melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation).

Langkah tersebut akan menyediakan 15 persen oksigen yang dibutuhkan agar fungsi otak normal.

"Jika Anda berhasil mengembalikan jantung berkat bantuan CPR, secara bertahap Anda akan mulai menghidupkan fungsi otak lagi. Tapi, semakin lama melakukan CPR, jalur kematian sel otak masih berlangsung pada tingkat yang lebih lambat," jelas Parnia.

Parnia mengungkapkan, peneliti perlu melihat apa yang terjadi pada manusia ketika mati.

"Saya mencoba memahami ciri khas yang dialami orang saat mereka mengalami kematian. Karena ini akan mencerminkan pengalaman yang juga akan kita alami saat kematian menjemput," katanya.

Baca Juga: Ingin Tahu Rasanya Mati Suri? Begini Jawabannya

Salah satu tujuan penelitiannya adalah mengamati bagaimana otak bertindak dan bereaksi selama mengalami henti jantung, melalui proses kematian, dan akhirnya hidup lagi.

Dia mencari tahu berapa banyak oksigen yang diperlukan untuk memproses ulang otak, dan apa efeknya setelah terbangun.

"Pada saat yang sama, kita mempelajari pikiran dan kesadaran manusia dalam konteks kematian. Penelitian ini untuk memahami apakah kesadaran akan mati atau akan berlanjut setelah meninggal dan bagaimana hal itu berhubungan dengan apa yang terjadi pada otak secara nyata," katanya.

Ke depan, hal ini akan bermanfaat dalam bioetika. Jika transplantasi kepala suatu saat menjadi kenyataan, dokter akan tahu kapan manusia yang akan ditransfer kepalanya benar-benar mati, tidak hanya jantungnya tetapi juga kesadarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com