Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Bisa Jadi Tidak Semenakutkan yang Anda Kira

Kompas.com - 10/08/2017, 08:11 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber NYMag

KOMPAS.com -- Beberapa tahun yang lalu, psikolog Kurt Gray berkesempatan untuk membaca pernyataan terakhir dari 500 narapidana yang dieksekusi antara tahun 1982 hingga 2003. Dia heran. Mayoritas dari pertanyataan tersebut bernada positif.

Untuk mengetahui bila hal ini hanya terjadi pada sebagian orang saja atau merupakan fenomena psikologi yang meluas, Gray pun melakukan sebuah penelitian bersama dengan Universitas North Carolina, Chapel Hill.

Dituturkannya dalam makalah yang dipublikasikan melalui Psychological Science, Gray dan kolega membagi penelitian ini menjadi dua fase.

(Baca juga: Ingin Tahu Rasanya Mati Suri? Begini Jawabannya)

Pada fase pertama, para peneliti menganalisa unggahan blog yang ditulis oleh pasien-pasien kanker dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS) sebelum meninggal, dan membandingkannya dengan tulisan fiksi dari para partisipan yang diminta untuk membayangkan bila mereka divonis kanker serius yang tak dapat disembuhkan.

Ternyata, tulisan para pasien secara rata-rata lebih positif daripada tulisan orang-orang sehat yang membayangkan dirinya akan mati. Frekuensi penggunaan kata-kata positif, seperti “bahagia” dan “cinta”, juga didapati semakin meningkat ketika pasien mendekati ajal.

Hal serupa juga ditemukan pada fase kedua penelitian ketika para peneliti membandingkan pernyataan terakhir dari para narapidana hukuman mati dengan pernyataan terakhir yang ditulis oleh partisipan online.

Menggunakan usaha terakhir mereka, kebanyakan narapidana mengungkapkan rasa terima kasih dan cinta kepada keluarga dan teman-teman mereka. Tidak sedikit juga yang berkata bahwa mereka pasrah dan rela menerima hukuman mati.

(Baca juga: Mengapa Manusia Melihat Cahaya Terang Saat Mendekati Kematian?)

Sebaliknya, orang-orang sehat yang diminta untuk membayangkan kematian lebih seiring menggunakan kata-kata negatif, seperti “takut”, “teror”, dan “cemas”.

Kepada Nymag.com 7 Agustus 2017, Gray mengatakan, yang kita temukan adalah orang-orang benar-benar mencari arti dari kematian mereka. ‘Aku akan bertemu dengan orang-orang yang aku cintai’. ‘Aku akan melakukan sesuatu untuk Yesus’. Mereka juga mengungkapkan cinta kepada keluarga dan teman-teman mereka.

Hal ini, menurut Gray, sesuai dengan konsep “sistem kekebalan psikologi” yang pernah ditulis oleh psikolog Harvard Dan Gilbert dalam bukunya Stumbling on Happiness. Ketika menghadapi situasi yang buruk, pikiran kita bekerja keras untuk mencari titik terang atau alasan di balik semuanya.

Dia mengatakan, sebagian dari alasan mengapa pasien dan narapidana begitu positif adalah karena mereka berfokus pada orang lain. Sebaliknya, kita yang sehat biasanya lebih egois ketika memikirkan kematian – kita berpikir mengenai diri kita sendiri dan betapa sulitnya hari-hari kita nanti.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau