Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2017, 18:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena Puting Beliung atau tornado kembali terjadi. Fenomena ini terjadi di perairan Kepulauan Seribu, Senin (23/10/2017).

Kejadian ini pun sempat terekam kamera lalu diunggah ke situs berbagi video YouTube oleh salah seorang warganet.

Terkait dengan fenomena tornado ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan.

"Fenomena puting beliung atau tornado skala kecil merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi," kata Hary Tirto Djatmiko, Kepala Bagian Humas BMKG, lewat siaran persnya kepada Kompas.com.

Baca juga : Langka, 3 Puting Beliung Terlihat di Kepulauan Seribu

Hary menambahkan, jika puting beliung itu terjadi di laut maka fenomena itu biasa disebut waterspoot.

Kejadian hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang, membuat puting beliung berdurasi singkat.

Hal ini lebih banyak terjadi pada masa transisi musim atau pancaroba. Baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Puting beliung merupakan angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat dan bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh permukaan bumi serta punah dalam waktu singkat.

"Kurang dari sepuluh menit," sambungnya.

Kejadian tornado di atas laut ini terjadi karena satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari di lokasi itu terasa panas dan gerah.

Udara terasa panas dan gerah diakibatkan radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 22.00 sampai 07.00 WIB.

"LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 65%)," katanya.

Baca juga : Kapal Tongkang Tarik 14 Rumah Rakit yang Hanyut Dihantam Puting Beliung

Mulai pukul 10.00 WIB terlihat awan Cumulus (awan putih berlapis–lapis). Di antara awan tersebut terdapat satu jenis awan yang batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu dan menjulang tinggi seperti bunga kol.

"Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus)," dia menjelaskan.

Hary melanjutkan, biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. Apabila hujan gerimis, fenomena angin kencang jauh dari tempat kita berada.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau