KOMPAS.com - Pernahkan Anda berpikir bahwa mendapatkan transfusi darah dari lawan jenis sangat berisiko?
Sebuah penelitian di Belanda yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association (JAMA), Selasa (17/10/2017), menemukan bahwa pria memiliki risiko yang lebih tinggi setelah menerima transfusi darah dari wanita yang pernah hamil.
Sebaliknya, pria yang menerima transfusi dari pria lain atau wanita yang belum pernah hamil tidak mengalami peningkatan risiko kematian selama masa penelitian.
Penelitian yang didanai oleh Kementerian Kesehatan, Kesejahteraan, dan Olahraga Belanda tersebut melibatkan 31.118 pasien.
Baca: Cegah Thalassemia, Mari Periksa Darah Sebelum Menikah
Semua pasien tersebut disebutkan telah menerima 59.320 transfusi sel darah merah antara tahun 2005-2015.
Angka kematian pasien selama masa penelitian tersebut adalah 3.939 orang atau sebanyak 13 persen.
Dari jumlah tersebut, secara statistik angka kematian terbesar terjadi pada pria yang menerima transfusi dari wanita yang pernah hamil.
Angka kematian untuk pria yang menerima darah merah dari wanita yang pernah hamil sebanyak 101 kematian dari 1.000 orang per tahun.
Sementara angka kematian pria yang mendapatkan darah dari pria lain hanya sebanyak 80 orang saja.
Begitu pula pria yang menerima donor dari wanita yang belum pernah hamil hanya mencapai 78 kematian.
Sayangnya, penelitian ini tidak menjelaskan mengapa darah dari wanita yang pernah hamil memberikan efek seperti itu.
Selain itu, peningkatan risiko kematian ini berlaku hanya untuk pria yang berusia 50 tahun atau lebih muda saja. Jadi, temuan ini dianggap masih sangat tentatif.
Pada beberapa kasus, orang yang menerima transfusi darah mengalami cedera paru akut yang diakibatkan transfusi (TRALI).
TRALI sendiri merupakan sebuah reaksi inflamasi serius di paru-paru yang menyebabkan kematian.
Baca juga: Sering Lewatkan Sarapan? Hati-hati, Pembuluh Darah Bisa Menyempit
Peneliti berhipotesis, antibodi atau faktor sistem kekebalan tubuh yang dikembangkan wanita saat hamil dapat memicu TRALI pada penerima transfusi laki-laki.
"Kemungkinan mekanisme tersebut berdasarkan perubahan imunologis yang terjadi selama kehamilan," tulis para peneliti seperti yang dikutip dari Science Alert, Selasa (17/10/2017).
Dalam editorial JAMA, Dr. Ritchard Cable dari American Red Cross Blood Services dan Dr. Gustaf Edgren dari Departmen Hematologi di Karolinska University Hospital menyebutkan bahwa temuan ini cukup provokatif.
"Temuan ini provokatif dan mungkin - jika benar- memiliki implikasi klinis yang signifikan," tulis keduanya seperti yang dilansir dari Live Science, Selasa (17/10/2017).
Kedua dokter ini juga berpendapat bahwa hasil awal temuan ini memerlukan banyak penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi hasilnya.
"Tetapi jika penelitian di masa depan menunjukkan adanya kaitan yang sama, pusat darah dan layanan transfusi perlu mengurangi risiko ini," sambuh kedua dokter ini dalam editorialnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.