Dari kegiatan tersebut, keterampilan memasak siswa terlatih. Mereka juga membahas sistem pangan dan akses mendapatkan bahan pangan. Mereka mampu menciptakan komunitas untuk mengubah sistem pangan.
"Ini sesuatu yang tidak dapat dilakukan sendiri. Hubungan ini mampu membangun masyarakat lebih kuat secara keseluruhan dan Anda tidak merasa asing saat melakukannya," kata Genya.
Satu tahun setelah komunitas itu terbentuk, mereka diminta pindah untuk memasak di luar lingkungan Universitas.
Salah satu anggota mengetahui bahwa ada sebuah gereja terdekat, the Crossing, yang ingin membuka kafe untuk menumbuhkan kepemimpinan siswa dan berkelanjutan. Dari sinilah lahir kemitraan.
Kisah Slow Food University of Wisconsin bisa memberi inspirasi tentang konsumsi pangan yang sehat, berkelanjutan, dan adil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.