Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Langka, Teriak di Konser One Direction Bikin Paru-Paru Kempis

Kompas.com - 12/10/2017, 17:10 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com -- Menyaksikan artis idola, seperti vokal grup One Direction, secara langsung memang menyenangkan. Betapa tidak, gerakan lincah, suara aduhai, dan paras rupawan akan membuat setiap penggemar berteriak hiteris, tak terkecuali bagi seorang remaja perempuan berusia 16 tahun asal Texas, Amerika Serikat.

Namun, kesenangan remaja tersebut tidak berlangsung lama. Usai menonton aksi panggung sang idola, dia harus dilarikan ke rumah sakit akibat sesak nafas.

Meski terlihat sepele, gejala penyakitnya membuat para dokter bingung. Pasalnya, remaja tersebut mengalami nafas yang sesak tanpa disertai dengan nyeri dada. Selain itu, tak ada riwayat kondisi paru-paru, bahkan untuk batuk dan sakit tenggorokan.

Titik cerah mulai terlihat saat dilakukan pemeriksaan fisik. Dokter yang menanganinya bisa mendengar suara renyah di bawah kulit saat menekan jari di bagian depan leher dan dada.

(Baca juga: Lem Super untuk Luka Manusia Tercipta, Paru-paru Pun Bisa Direkatkan)

Indikasinya, terdapat udara di bawah kulit sehingga saat ditekan, gelembung udara muncul dan membuat suara berderak. Dalam dunia medis, kondisi ini dinamakan subcutaneus crepitus.

Hasil pemindaian dari sinar-x juga mengonfirmasi adanya udara di tempat yang tak seharusnya, yakni di ruang sempit di belakang faring leher dan di rongga dada. Kedua paru-paru juga mengempis akibat dari terjebaknya udara di antara dinding dada dan paru-paru.

Dalam publikasinya di The Journal of Emergency Medicine, J Mack Slaughter Jr dan Lynn Roppolo menulis bahwa kejadian ini menimbulkan tiga diagnosis, dan udara yang terjebak dalam dinding dada dan paru-paru merupakan peristiwa langka.

"Kombinasi dari tiga diagnosis ini belum pernah dideskripsikan dalam literatur medis," tulis mereka.

Lebih anehnya lagi, ketika para dokter melakukan pemindaian tomografi terkomputasi atau CT scan, mereka tidak menebukan lubang atau robekan apa pun pada paru-paru.

(Baca juga: Kasus Langka, Seorang Anak Bisa Kontrol HIV dalam Tubuhnya Tanpa Obat)

Setelah itu, para dokter kembali berhipotesis bahwa karena si pasien mengidap diabetes tipe 1, terjadi robekan di saluran pernafasan akibat pernafasan yang terlalu dalam. Hal Ini memang dapat terjadi saat gula darah naik terlalu tinggi atau terlalu asam sehingga terjadi ketoasidosis.

Namun, lagi-lagi hipotesis ini terpatahkan setelah uji gula darah dilakukan dan dokter pun kembali bingung.

Berbicara kepada Live Science 12 Oktober 2017, Slaughter mengungkapkan dugaannya.

Kemungkinan ada lubang yang sangat kecil di suatu tempat pada saluran pernafasan remaja tersebut. Lubang ini hanya akan terbuka bila ada cukup banyak energi, seperti menjerit, tetapi setelah itu akan kembali menutup.

Untungnya, pasien tersebut masih bernasib baik. Pengempisan paru-paru ringan ini tidak berujung pada kematian. Dokter hanya perlu memberikan oksigen ekstra untuk membatu paru-paru pulih kembali.

"Setelah melakukan pengamatan secara rutin dengan penelitian rontgen, kami melihat bahwa tidak ada perubahan pada area dada sehingga pasien dipulangkan pada hari berikutnya tanpa ada kunjungan lebih lanjut untuk masalah ini," tulis Slaughter dan Roppolo seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (12/10/2017).

Selain menjerit terlalu keras seperti dalam kasus ini, udara juga terjebak di dalam dada secara spontan pernah terjadi saat seseorang tengah nyanyi, menyelam, angkat besi, dan terbang militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com