Temuan saya ini mendukung teori bahwa setelah menikah, kita jadi lebih sering mendatangi acara sosial yang menghidangkan makanan berlemak, atau makan lebih teratur bagi pria.
Secara umum, para ayah dengan anak di bawah umur 19 tahun tidak memiliki IMT lebih tinggi daripada pria yang belum beranak atau para ayah dengan anak lebih tua. Meski demikian, mereka cenderung punya IMT lebih tinggi di tahun-tahun awal setelah kelahiran anak. Para pria yang baru memiliki anak mungkin saja kekurangan waktu untuk berolahraga. Memiliki anak juga mengurangi risiko perceraian, sehingga mereka semakin kehilangan alasan untuk menjaga kebugaran.
Dampak menikah terhadap indeks massa tubuh tidak besar, tapi signifikan secara statistik. Adalah berharga untuk memahami faktor sosial apa yang dapat memengaruhi naik-turunnya berat badan, terutama hal-hal umum seperti pernikahan dan kelahiran anak.
Menyadari risiko-risiko potensial yang ada dapat membantu kita membuat keputusan dengan informasi lengkap seputar kesehatan. Bagi pria menikah yang ingin menghindari kenaikan indeks massa tubuh, mereka harus memperhatikan betul motivasi, perilaku, dan kebiasaan makan mereka.
*Pengajar Ekonomi dan Bisnis di University of Bath
Artikel ini pertama kali terbit di The Conversation