JAKARTA, KOMPAS.com -– Susu merupakan salah satu sumber makanan yang berguna bagi tubuh. Namun, dengan harganya yang relatif mahal, tak semua masyarakat mampu mengonsumsi susu.
Jangan Khawatir. Untuk mendapatkan gizi yang serupa, bahan makanan lain dapat menjadi substitusi.
Peneliti Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pangan dan Pertanian Asian Tenggara Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN, mengatakan, telur dapat menjadi makanan pengganti susu. Bahkan, kandungan gizi yang dikandung telur pun lebih baik dari susu.
(Baca juga: Susu Kental Manis Tidak Cocok Dikonsumsi oleh Anak, Ini Sebabnya)
“Kalau untuk mendapatkan zat gizi sempurna, telur itu lebih sempurna. (Telur) sudah lengkap. Protein, vitamin, mineral, asam amino juga lengkap. Harganya juga lebih murah dari susu,” kata Dodik dalam acara Diskusi Mari Menjadi Ibu Melek Nutrisi demi Wujudkan Generasi Emas 2045 di kawasan Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Selasa (19/9/2017).
Telur juga digunakan sebagai standar sejumlah makanan atau yang dikenal dengan Protein Senilai Telur (PST). Kandungan protein telur diberi nilai maksimal, 100, dan bahan makanan lain disetarakan dengan kandungan protein telur.
Menurut Dodik, telur juga dapat digunakan sebagai makanan pendamping ASI. Terlebih, bagi balita, kandungan gizi sangat diperlukan untuk tumbuh kembang.
(Baca juga: Anak Indonesia Rentan Obesitas, Apa yang Harus Dilakukan?)
Dodik berkata bahwa dalam rentang umur 6-8 bulan, hanya kuning telur yang dapat dikonsumsi sebagai makanan pendamping ASI (MPASI). Lebih dari satu tahun, putih maupun kuning telur dapat dikonsumsi bersamaan.
"Masaknya direbus jadi tidak banyak kandungan gizi yang rusak dibandingkan dengan digoreng. Lihat saja orang barat kalau sarapan itu cukup dengan telur,” kata Dodik.
Dodik menilai, telur kalah pamor dibandingkan dengan susu karena bukan produk industri skala besar. Dibandingkan dengan susu, peternak ayam tak mengeluarkan biaya pemasaran untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat.
“Telur itu murah dan bagus. Sayangnya, karena produk masyarakat dan bukan industri, maka pemasarannya masih kalah dengan susu,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.