KOMPAS.com -- Arkeolog yang sedang melakukan penggalian di sebuah situs arkeologi di Guatemala menemukan makam kuno milik peradaban suku Maya. Makam tersebut diprediksi berusia 1.700 tahun dan merupakan makam dari raja suku Maya, suku yang diperkirakan punah karena kolonisasi bangsa Spanyol.
Saat makam yang terletak di situs El Perú-Waka di hutan hujan di utara Guatemala ini dibuka, arkeolog menemukan topeng giok dan tulang-tulang yang keduanya dicat dengan warna merah terang. Makam tersebut juga berisi beberapa keramik, kerang, dan liontin berukir buaya.
(Baca juga: Teka-teki Runtuhnya Peradaban Suku Maya Terungkap)
Meski begitu, tidak terdapat prasasti dalam kubur yang mengungkapkan nama penguasa yang dimakamkan di sana. Namun, David Freidel, seorang profesor antroplogi dari Washington University di St Louis yang juga memimpin penggalian tersebut berpendapat jika makam tersebut merupakan kuburan dari Raja Te Chan Ahk, salah satu raja dari dinasti Wak.
Tim arkeolog Amerika Serikat dan Guatemala sebenarnya telah menggali Waka sejak tahun 2003. Mereka menemukan beberapa penguburan raja dan ratu.
Namun, tampaknya makam raja tersebut luput dari penggalian. Barulah pada musim panas yang lalu, para arkeolog kembali menggali terowongan di bawah akropolis istana dan menemukan sebuah makam raja yang mungkin menjadi pemakaman kerajaan tertua di lokasi tersebut.
Berdasarkan dari gaya tembikar yang ditemukan di makam tersebut, arkeolog memperkirakan pemakaman itu berasal dari tahun 300-350.
Untuk sementara, Freidel menjelaskan bahwa makam raja tersebut membuat istana menjadi tanah kerajaan suci untuk dinasti Wak.