Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bakteri di Antariksa Lebih Susah Dibunuh?

Kompas.com - 18/09/2017, 20:09 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Meskipun luar angkasa mungkin tidak memiliki bakteri karena hampa udara, wahana antariksa yang digunakan oleh manusia penuh dengan mikroba. Oleh karena itu, para peneliti pun tidak pernah berhenti mempelajari pengaruh luar angkasa terhadap bakteri yang berasal dari bumi.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 2009 menemukan bahwa bakteri menjadi lebih susah dibunuh ketika berada di lingkungan mikrogravitasi seperti luar angkasa. Mereka menjadi lebih resisten terhadap antibiotik dan bahkan lebih ganas.

Untuk mengetahui penyebabnya, para peneliti pun mengirimkan bakteri Escherichia coli ke International Space Station (ISS) pada tahun 2014.

(Baca juga: Ternyata, Bakteri Tumbuh Lebih Subur di Antariksa)

Kini, hasilnya telah keluar. Studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Microbiology mengungkapkan bahwa bakteri antariksa mengalami beberapa perubahan yang dapat meningkatkan kemungkinan hidupnya hingga 13 kali lipat.

Pertama, bakteri meningkatkan resistensi dirinya terhadap antibiotik dengan memperkecil dirinya. Bila dibandingkan, E coli antariksa bahkan 73 persen lebih kecil dibandingkan E coli yang ada di bumi. Dengan ukuran yang lebih kecil ini, E coli pun bisa mengurangi paparan molekul antibiotik.

Membran sel E coli juga menjadi 25 persen lebih tebal setelah berada di ruang angkasa sehingga lebih sulit untuk ditembus oleh molekul antibitiotik.

Selain itu, E coli antariksa juga menunjukkan perilaku yang berbeda. Mereka lebih sering mengumpul sehingga molekul antibiotik hanya dapat membunuh bakteri yang berada di bagian luar saja tanpa bisa menyentuh yang di dalam.

Para peneliti menulis, semua perbedaan ini membuat E coli yang ada di International Space Station bisa bertumbuh hingga 13 kali lipat lebih banyak dibandingkan populasi bakteri ditumbuhkan dengan kondisi yang sama di bumi.

Dengan mempelajari mengapa dan bagaimana mekanisme pertahanan ini terbentuk, para peneliti berharap untuk bisa membantu dokter menghentikan resistensi antibiotik di bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau