KOMPAS.com -- Lovepink Survey Jakarta yang diadakan di bulan Agustus 2017 menemukan bahwa sebanyak 80 persen pasien kanker payudara di Jakarta baru ke dokter di stadium lanjut.
Lalu, walaupun 80 persen perempuan Indonesia telah mengetahui gejala-gejala kanker payudara, tetapi mereka tidak melakukan periksa payudara sendiri (Sadari) dan pemeriksaan payudara klinis (Sadanis).
Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa deteksi dini di Indonesia belum berjalan dengan baik.
(Baca juga: Ini Alasan Pasien Kanker Payudara Baru ke Dokter di Stadium Lanjut)
Sadari dan Sadanis
Dijelaskan oleh Lovepink di Seibu Department Store Grand Indonesia, Jakarta, pada hari Kamis (14/9/2017), Sadari harus dilakukan setiap satu hingga tiga bulan sekali pada hari ke-7-10 setelah menstruasi dimulai. Pada hari-hari tersebut, kepadatan payudara berkurang sehingga perubahan sekecil apa pun akan lebih mudah terasa.
“Kalau yang menopause bagaimana? Tetap harus melakukan Sadari pada tanggal yang sama, misalnya pada hari gajian suami,” kata Samantha Barbara, Wakil Ketua Indonesia Goes Pink.
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan oleh laki-laki. Sebab, meskipun risikonya lebih kecil, laki-laki juga bisa terkena kanker payudara.
Untuk melakukannya, Anda bisa berdiri tegak di depan cermin dan melepaskan pakaian. Amati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit payudara atau puting.
(Baca juga: 85 Persen Kasus Kanker Disebabkan oleh Gaya Hidup dan Pilihan)
Setelah itu, angkat satu tangan ke atas dan menggunakan tiga ujung jari, raba dan tekan seluruh area payudara, termasuk puting. Lovepink menyarankan untuk membuat lingkaran-lingkaran kecil dengan arah naik dan turun, lingkaran-lingkaran dari bagian luar ke dalam, dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting dan sebaliknya.
“Yang namanya payudara bukan hanya yang menonjol, tetapi juga sampai ketiak dan bagian atas,” ujar Shanti Persada, salah satu pendiri Lovepink.
Setelah selesai melakukan gerakan-gerakan di atas pada kedua payudara, postur lain yang dapat dilakukan adalah membungkuk dan melipat tangan di belakang, serta mengangkat kedua tangan ke atas. “Ini untuk membaca apakah ada perbedaan antara (payudara) kiri dan kanan,” kata Shanti.
Selain benjolan, ciri-ciri lain yang perlu diperhatikan adalah rasa gatal, puting mengeluarkan cairan, memerah, rasa sakit, dan kulit yang mengelupas atau menyerupai kulit jeruk. Jika ada, Anda perlu segera memeriksakannya ke dokter, meskipun 80 persen dari benjolan yang ditemukan bukan kanker. “Jadi jangan khawatir dan disimpan sendiri,” kata Shanti.
Dokter Ralph Girson Gunarsa, SpPD-KHOM, seorang spesialis kanker yang turut hadir di acara, mengatakan, kadang-kadang kalau (kanker) sudah ada cirinya itu stadium kankernya sudah tinggi. Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini melalui ulstrasonografi (USG) dan mammografi.
“Dengan USG dan mammografi, kita (spesialis kanker) berusaha untuk menemukan tanda-tanda adanya kanker payudara sekecil dan sedetail mungkin yang bisa dideteksi,” ucapnya.
Sebagai bagian dari Sadanis, pemeriksaan klinis payudara ke dokter ahli sebaiknya dilakukan secara rutin. Untuk perempuan di usia 20 hingga 30 tahun, Sadanis bisa dilakukan setiap tiga tahun sekali, sementara perempuan di atas usia 40 tahun harus melakukannya setiap tahun.