Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Jenis Bisa Ular di Indonesia, Kenali Bedanya, Pahami Dampaknya

Kompas.com - 11/09/2017, 17:00 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com – Indonesia punya keragaman jenis ular berbisa yang tinggi, maka jenis bisanya pun beragam.

Masing-masing jenis bisa ular punya efek berbeda. Berbeda jenis bisa, berbeda pula obat anti-bisanya.

Pakar gigitan ular dan toksikologi DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM mengatakan, terdapat tujuh jenis bisa ular mematikan di Indonesia.

Tujuh jenis itu adalah neurotoksin, hemotoksin, kardiotoksin, nefrotoksin, sitotoksin, nekrotoksin, dan miotoksin.

Racun neurotoksin dihasilkan dari ular king kobra (Ophiophagus hannah), ular laut, ular yang ditemukan di Papua, dan ular weling (Bungarus candidus).

“Semua ular di Papua masuk jenis neurotoksin,” kata Tri saat dihubungi Kompas.com (11/9/2017).

Adapun jenis bisa hemotoksin menyerang sel darah merah. Bisa hemotoksin dikeluarkan oleh ular tanah, ular hijau berekor merah, dan ular picung (Rhabdophis subminiatus).

Untuk kardiotoksin, racun ular dari ular laut dan king kobra secara spesifik menyerang jantung.

Selain itu, untuk racun nefrotoksin dihasilkan dari ular Bandotan Puspo atau dikenal dengan nama Viper ruselli secara ekfektif menyerang ginjal.

Jenis bisa sitotoksin dari ular kobra dan ular tanah menyerang sitoplasma sel. Terakhir, miotoksin yang menyerang sel otot dihasilkan oleh ular laut.

Baca Juga: Pelajaran dari Kasus Ananda yang Lumpuh akibat Gigitan Ular Berbisa

Tri mengatakan, tingkat fatalitas akibat bisa ular tergantung pada jenis ular dan volume bisa yang disemprotkan. Beberapa ular punya jenis racung yang beragam.

“Ada jenis ular yang isi racunnya banyak. Misalnya seperti kobra. Dia punya nekrotoksin, neurotoksin, dan vitotoksin. Tentu beda dengan bisa ular hematoksin saja,” ucap Tri.

Menurut Tri, terhadap semua gigitan bisa ular beracun, pertolongan pertama akan menentukan keselamatan hidup.

Langkah mengikat anggota tubuh yang terkena gigitan ular atau menyobek hingga keluar darah tak akan membantu.

Tindakan paling tepat adalah membuat bagian tubuh yang digigit ular tak bergerak layaknya orang patah tulang.

Setelah itu, Anda punya waktu cukup lama hingga mendapatkan anti-bisa ular di rumah sakit terdekat.

“Waktu untuk mendapatkan anti-bisa tak masalah lagi. Anak teman saya di Papua dia kena neurotoksin. Karena tinggal di base camp di atas gunung, untuk turun ke Puskesmas butuh 2 hari. Anak ini selamat dengan imobilisasi. Masih hidup sampai sekarang,” ujar Tri.

Bila klinik atau tempat kesehatan tak mengetahui jenis bisa ular, Tri menyarankan untuk menghubunginya pada Remote Envenomation Consultan Service (RECS) melalui blog recsindonesia.blogspot.com atau melalui pesan WhatsApp di nomor 085334030409.

Baca Juga: Bagaimana Caranya agar Tidak Mati setelah Digigit Ular Berbisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau