Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2017, 09:11 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Sate adalah salah satu makanan favorit orang Indonesia. Namun, perlukah Anda mengurungkan niat menyantap daging ayam yang ditusuk dan dibakar agar tidak terkena kanker?

Hubungan arang dan kanker adalah salah satu mitos yang dibahas dalam acara konferensi pers Betadine Retro Run 2017 yang diadakan oleh Mundipharma, Bertadine, dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Topik tersebut sengaja dipilih karena kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kanker dirasa masih kurang. Mada Shinta Dewi, Country Manager PT Mundipharma Healthcare Indonesia, mengatakan, kanker dalam 10 tahun terakhir meningkat drastis, dan kalau fokus pada pengobatan, biayanya tentu besar sekali.

(Baca juga: Jangan Percaya Mitos, Biopsi Tidak Membuat Tumor Jadi Ganas)

“Jadi, kalau kita melihat program pemerintah saat ini, fokusnya adalah bagaimana mengedukasi masyarakat supaya insiden ini menurun. Kalau bicara jantung dan hipertensi, masyarakat sudah cukup sadar cara pencegahannya, sedangkan kanker masih banyak mitos-mitos yang perlu diklarifikasi,” ujarnya.

Dalam acara tersebut, Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, Sp PD-KHOM selaku Ketua YKI dan Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) mendiskusikan dan mementahkan beberapa mitos mengenai kanker yang sering kali menyesatkan masyarakat.

1. Arang

Hingga saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang percaya bahwa arang yang digunakan untuk membakar makanan dapat memicu kanker. Namun, menurut Prof Aru, yang membuat kanker bukan arangnya, tetapi daging merahnya.

Ketika daging merah dipanaskan pada suhu tinggi, timbul zat karsinogen Heterocyclic amines  atau HCA. Namun, hal ini hanya berlaku pada daging merah saja, dan ayam atau ikan tidak masalah bila dibakar.

Selain daging merah yang dibakar; daging yang diproses, seperti sosis ayam, salami, dan bacon, juga bisa menyebabkan kanker.

2. MSG

Selain arang, masyarakat juga masih terjebak dengan mitos bahwa monosodium glutamate (MSG) dapat memicu kanker.  Padahal, penelitian, seperti yang dilakukan oleh Food Standards Australia New Zealand, telah membuktikan bahwa mitos tersebut tidak benar.

“Institute of Cancer (juga) pernah benar-benar mencobakan MSG pada tikus dan terbukti, (MSG) tidak menyebabkan kanker,” kata Prof Aru.

Dia melanjutkan, tetapi MSG memang tidak bagus untuk kesehatan karena dapat merusak jaringan tubuh, terutama jaringan pankreas yang memproduksi insulin.

3. Super food

Di era modern ini kita mengenal istilah super food untuk teh hijau, buah beri, akar bit, manggis, dan makanan-makanan lainnya yang dipercaya dapat mencegah kanker karena mengandung antioksidan. Namun, Prof Aru berkata bahwa pemahaman ini salah besar.

“Antioksidan tidak mencegah kanker secara langsung, tetapi menangkal makanan lain yang ada oksidannya, seperti minyak gorengan. Namun, sekali lagi, manggis dan stroberi itu bukan obat buat kanker,” katanya.

Akan tetapi, Anda tetap bisa mengonsumsi makanan-makanan tersebut sebagai bagian dari pola makan dan hidup sehat untuk mencegah kanker.

(Baca juga: 85 Persen Kasus Kanker Disebabkan oleh Gaya Hidup dan Pilihan)

Tiga komponen utama hidup sehat adalah menjaga berat badan ideal, olah raga teratur, dan mengikuti pola makan sehat. Jika Anda mengikuti panduan ini, risiko terkena kanker bisa turun hingga 35 persen atau bahkan 50 persen pada kanker tertentu. Penurunan risiko ini bahkan bisa menjadi lebih besar jika Anda menghindari alkohol yang berlebihan dan tidak merokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau