Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Robot Sudah Mulai Membuat Seni, Adakah yang Tersisa bagi Manusia?

Kompas.com - 15/08/2017, 17:06 WIB

KOMPAS.com -- Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin menjadi hal biasa yang dapat ditemui pada berbagai hal di dunia, sepertu smartphone, Amazon, hingga mobil tanpa sopir.

Seringkali, respons soal kecerdasan buatan ini adalah ketakutan dan kekhawatiran, soal pengangguran dan dominasi perusahaan-perusahaan besar dunia. Namun, belum tentu ini akan terjadi.

"Seni adalah salah satu area di mana kita memiliki pandangan optimis soal bagaimana manusia dan mesin dapat bekerja sama," kata Dave King, pendiri Move 37, perusahaan AI yang kreatif.

Ia mengatakan, kreativitas bukanlah hal yang diberikan Tuhan. Melainkan sebagai sebuah proses yang membutuhkan latihan.

"Salah satu aspek kreativitas yang paling menarik adalah kemampuan menggabungkan ide atau menggambar bersama," katanya.

"Jika Anda memiliki algoritma yang sesuai keinginan, Anda bisa menemukan banyak hal yang berbeda."

AI dalam seni

AI sudah digunakan di berbagai bidang seni. Algoritma yang dilakukan di jutaan halaman novel roman telah digunakan untuk menulis puisi.

Sebuah Kompetisi Seni Robot baru-baru ini juga menunjukkan sejumlah lukisan dengan goresan kuas digital yang terlihat sangat canggih, jika dibuat dengan tangan manusia.

Jon McCormack adalah seorang seniman dan profesor ilmu komputer di Monash University yang karyanya menggabungkan algoritma.

Seri lukisannya diberi judul Fifty Sisters (2012) menampilkan lukisan tanaman yang terlihat futuristik yang "dikembangkan dengan algoritma" dari kode komputer.

Hasil karya seniman Australia, Jon McCormack dari Fifty Sisters, menggambarkan tanaman digital lewat alogaritme komputer.Jon McCormack Hasil karya seniman Australia, Jon McCormack dari Fifty Sisters, menggambarkan tanaman digital lewat alogaritme komputer.

Dalam karya lain, berjudul Eden, ia menciptakan sebuah instalasi yang menampilkan "makhluk maya" yang gerakannya dipengaruhi oleh pengunjung galeri yang masuk ke galeri.

Jon berkata bahwa kekhawatiran soal AI bisa dimengerti.

"Secara alami kita takut bila ada orang yang mengambil sesuatu dari kita, terutama sesuatu yang berharga seperti kreativitas dan seni, dua hal yang seharusnya membedakan kita dengan mahluk lainnya di dunia," katanya.

Bagaimanapun, seperti yang diungkapkan Profesor Toby Walsh, seorang pakari AI: "Kita memiliki otak yang paling kreatif."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau