KOMPAS.com - Melihat pornografi tentu bukan kewajiban. Tetapi di antara mereka yang sangat menikmatinya, ada yang melihat terlalu dini (usia terlalu muda) dan terlalu terlambat (jauh setelah pubertas).
Sebuah riset yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Nebraska mengungkap, perbedaan waktu menemukan pornografi itu ternyata punya akibat berbeda
.
Alyssa Bischmann bersama timnya melakukan survei pada 330 mahasiswa pria heteroseksual. Ia menemukan, rata-rata pria mulai mengenal pornografi pada usia 13 tahun.
Dari sekian banyak mahasiswa yang disurvei, usia paling muda mengenal film porno adalah 5 tahun sementara yang tertua 26 tahun.
Bischmann dan timnya menemukan bahwa mereka yang mengenal dan akhirnya maniak pornografi pada usia terlalu dini akan tumbuh menjadi pria yang "sexist".
Baca Juga: Kisah Pakar Penis dan Vagina Ungkap Seks Lumba-lumba
Seksisme membuat pria memandang rendah perempuan. Akibatnya, hubungan dengan lawan jenis pun tak berjalan baik.
Pada saat yang sama, pria yang mengenal pornografi terlalu dini cenderung mengalami kegelisahan ketika berhadapan dengan perempuan dalam dunia nyata.
"Pengalaman seksual tidak seperti yang direncanakan atau tidak seperti yang terlihat dalam pornografi," ungkap Christina Richardson yang juga terlibat riset.
Sementara itu, mereka yang "terlambat" mengenal pornografi tetapi kemudian maniak biasanya akan menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi perempuan di dunia nyata.
Tapi, Richardson seperti dikutip BBC, Jumat (4/8/2017), mengatakan, mereka "kemungkinan besar akan menikmati gaya hidup sebagai playboy."
Baca Juga: Bagaimana Seks Tanpa Kondom Mengganggu Vagina?
Riset yang dipresentasikan di pertemuan American Psychological Association minggu ini belum memerhatikan faktor kelas ekonomi, frekuensi menikmati pornografi, dan faktor demografi lain.
Meski demikian, riset ini bisa memberi gambaran tentang dampak pornografi yang ternyata lebih banyak buruknya.
Terapis seks Peter Saddington mengatakan, "pornografi bisa dan memang punya dampak pada perilaku pria dalam seks."
Selain bisa menyebabkan pria menjadi "sexist", pornografi bisa membuat individu kurang punya keahlian dalam seks yang sebenarnya.
Richardson mengatakan, "pornografi bukan sesuatu yang sehat." Ia mengatakan, dunia butuh role model yang lebih sehat tentang maskulinitas.