Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 100 Tahun, Teka-Teki yang Bikin Pusing Ahli Jamur Terpecahkan

Kompas.com - 02/08/2017, 17:17 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com -– Setelah lebih dari seratus tahun, teka-teki yang bikin sakit kepala para ahli mikologi (jamur) akhirnya terpecahkan. Mereka kini bisa bernafas lega berkat penemuan terbaru tentang reproduksi jamur.

Dari jamur kancing hingga jamur shitake, fungi memperbanyak dirinya dengan menembakkan spora dan membiarkannya terbawa angin. Hal ini mungkin terdengar sepele, tetapi kemampuan menembak mereka begitu terampil dan tepat sasaran menggelitik keingintahuan para peneliti di Duke University.

Diuraikan dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of the Royal Society Interface, spora jamur tumbuh di sepanjang insang di bagian bawah tudungnya. Ukuran spora sekitar 10 mikron atau 1/100 inci. Mereka menempel di ujung tangkai yang dinamakan stigma. Lalu, dalam satu hari, jutaan spora ditembakkan oleh jamur.

(Baca juga: Jangan Tertipu Bentuknya, Jamur ini Mampu Sebabkan Kematian Tragis)

Jika hanya dijatuhkan, sebagian besar spora akan masuk kembali ke jamur induk. Mereka harus terlontar cukup jauh agar mampu membentuk jamur baru.

Oleh karena itu, spora pun ditembakkan oleh jamur dari insang vertikal dengan kecepatan kurang dari 16 kilometer per jam dan jarak beberapa ratus mikron. Meski demikian, percepatannya eksplosif hingga mengerahkan ribuan kali gaya gravitasi.

Para peneliti dari Duke University menyebut spora yang ditembakkan dengan cara ini balistosphere.

Lalu, energi yang digunakan untuk mendorong spora ternyata berasal dari ketegangan permukaan air - kekuatan yang menyebabkan setetes air bergulir menjadi butiran lebih kecil pada permukaan tahan air.

Anne Pringle, seorang profesor botani dan bakteriologi di University of Wisconsin dan seorang kolaborator dalam penelitian baru tersebut, berkata bahwa ada satu titik di bagian atas sterigma yang disebut lacryman punctum (titik yang menangis). Titik ini, entah karena teksturnya atau kandungan kimianya, menumpuk air dari lingkungan sekitar.

Pringle sebenarnya bukan orang pertama yang menyadari keberadaaan lacryman punctum. Dalam pengamatan awalnya, seorang ahli mikologi pada abad ke-20 yang bernama Arthur Henry Reginald Buller melihat adanya tetesan kecil di sebelah spora.

(Baca juga: Jamur Madu Pembunuh Tanaman, Mahluk Terbesar dan Tertua di Muka Bumi)

Buller berhipotesis bahwa ketika gumpalan kecil cairan, yang kini disebut tetesan Buller, tersebut menyentuh cairan pada spora, keduanya bergabung dan melepaskan energi ketegangan permukaan yang meluncurkan spora.

Sayangnya, proses tersebut berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada seorang pun yang yakin bahwa hal itu benar-benar terjadi.

Sekitar 10 tahun yang lalu, Pringles bersama dengan Nicholas P Money, seorang profesor botani di Universitas Miami di Oxford, Ohio, yang tidak terlibat dalam eksperimen terbaru, pernah mencoba untuk merekam kejadian tersebut menggunakan video ultra cepat.

Sketsa penembakan spora oleh Arthur Henry Reginald BullerArthur Henry Reginald Buller Sketsa penembakan spora oleh Arthur Henry Reginald Buller

Sialnya, usaha Pringle dan Money belum dapat menjawab dengan utuh karena kamera mereka hanya mampu menangkap 100.000 frame per detik dan belum mampu merekam semua detail yang terjadi di alam.

Oleh sebab itu, dalam percobaan baru ini, para ilmuwan di Duke University membangun spora buatan yang berukuran sepuluh kali lebih besar dari bola plastik. Mereka lalu meletakkan tetesan air dan etanol yang berbentuk cembung pada permukaannya dan menggunakan printer inkjet untuk membuat tetesan air Buller yang menjadi kunci mekanisme peluncuran.

Dengan ukuran tersebut, proses pun menjadi cukup lambat, sekitar seperseribu detik, untuk ditangkap oleh kamera. "Ketika mereka menyatu, ada pantulan tertentu seperti yang terjadi di alam," kata Money.

Para periset juga menggunakan simulasi komputer untuk menunjukkan bagaimana penggabungan bisa meluncurkan spora kepada sudut yang benar di permukaan.

"Ini memuaskan, setelah bertahun-tahun lamanya, kami akhirnya berhasil melihat penjelasan dari teka-teki arah spora," ujar Chuan-Hua Chen, seorang dosen teknik mekanik dan sains materi di Duke University.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau