Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversial, Dokter Inggris Beri Saran untuk Tak Habiskan Antibiotik

Kompas.com - 30/07/2017, 20:05 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dipublikasikan di British Medical Journal pada Rabu (26/7/2017) mengungkap bahwa manusia tidak perlu menghabiskan semua antibiotik yang diberikan oleh dokter.

Dalam studi tersebut, Martin Llewelyn dari Sussex Medical School menyatakan, anjuran untuk menghabiskan semua antibiotik yang diberikan oleh dokter tidak punya dasar ilmiah.

"Gagasan bahwa berhenti meminum antibiotik akan mengakibatkan resistensi tidak didukung bukti, malah minum antibiotik berkepanjangan-lah yang bisa mengakibatkan resistensi," katanya.

Llewelyn menjelaskan, sejumlah bakteri memang akan menjadi resisten bila pasien tak mengonsumsi antibiotik dalam waktu cukup lama. Contohnya, bakteri penyebab tuberkulosis.

Namun menurutnya, bakteri-bakteri penyebab penyakit umumnya berada di sekitar manusia dan cuma akan memicu penyakit bila masuk ke aliran darah.

Baca Juga: Kasus Langka, Seorang Anak Bisa Kontrol HIV dalam Tubuhnya Tanpa Obat

Llewelyn menambahkan, selama ini bahkan kalangan medis belum mengetahui betul dosisi antibiotik yang tepat untuk diberikan.

Penelitian waktu optimum pemberian antibiotik sulit dilakukan, apalagi bila pasien tidak dirawat secara intensif di rumah sakit.

Dengan demikian, Llewelyn menuturkan, pasien sebenarnya bisa menghentikan konsumsi antibiotik bila sudah merasa lebih baik.

Peter Openshaw, peneliti di British Society of Immunology yang tak terlibat riset mengungkapkan, "Saya selalu berpikir, tidak logis bahwa menghentikan konsumsi antibiotik lebih awal akan memicu resistensi."

"Anggapan bahwa durasi konsumsi antibiotik membuat bakteri resisten kemungkinannya kecil," imbuhnya seperti dikutip The Guardian, Rabu.

John Lindsay dari St George, University of London, mendukung hasil penelitian ini. Ia mengatakan, anjuran untuk menghabiskan antibiotik sebenarnya lebih didasari ketakutan daripada hasil studi ilmiah.

"Walaupun memang butuh studi lebih lanjut apakah ada pengecualian di mana konsumsi antibiotik lebih lama akan lebih bagus," katanya.

Baca Juga: Gula Rendah Kalori Tak Bantu Turunkan Berat Badan

Tanggapan berbeda datang dari Helen Stokes-Lampard, ahli dari Royal College. Menurutnya, anjuran bahwa pasien bisa menghentikan antibiotik saat sudah merasa lebih baik bisa memicu kesalahpahaman.

"Sebab, perbaikan tanda-tanda penyakit tidak selalu berarti infeksi sudah bisa diatasi oleh tubuh," katanya mengingatkan.

Bagi Dame Sally Davies, dokter lain, pesan pada publik sebenarnya sama, yaitu pasien wajib mengikuti anjuran dokter.

Menurutnya, pembaharuan anjuran yang bisa berlaku umum baru dapat dilakukan setelah penelitian menunjukkan bukti-bukti lebih banyak.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau