Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gula Rendah Kalori Tak Bantu Turunkan Berat Badan, Ini Buktinya

Kompas.com - 17/07/2017, 19:13 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Apakah Anda sedang dalam program penurunan berat badan dan menggunakan gula rendah kalori sebagai pengganti gula?

Jika ya, tampaknya Anda harus mempertimbangkan lagi penggunaan pemanis artifisial itu. Pasalnya, studi yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal pada Senin (17/7/2017) mengungkap, gula rendah kalori tidak menguruskan badan dan bahkan berpotensi meningkatkannya.

Meghan B Azad dari Universitas Manitoba di Kanada bersama timnya menganalisis hasil dari 37 studi yang melibatkan 400.000 orang dalam periode 10 tahun.

Menerangkan hasil studinya, Meghan seperti dikutip NPR hari ini mengatakan, "Tidak jelas manfaat gula rendah kalori pada penurunan badan, malah ada potensi pemanis artifisial itu memicu kenaikan berat badan, diabetes, serta penyakit kardiovaskuler."

Dalam studinya, Azad menganalisis studi yang menggunakan dua pendekatan, percobaan secara langsung serta observasi.

Kedua studi memiliki kelebihan dan kekurangan. Pendekatan percobaan memungkinkan peneliti mengetahui dampak senyawa pemanis artifisial tertentu secara pasti. Namun, pendekatan itu hanya bisa dilakukan dalam waktu singkat dan obyek studi terbatas.

Pendekatan observasi bisa mengamati obyek studi dalam jangka waktu lebih lama, tetapi kesimpulan hasil studi biasanya kurang memuaskan sebab tak bisa mengaitkan secara langsung dampak senyawa pada kesehatan.

Lewat kajian ulang yang diharapkan bisa memberi gambaran menyeluruh tentang pengaruh gula rendah kalori itu, peneliti menemukan bahwa gula rendah kalori justru bisa meningkatkan indeks massa tubuh (BMI) dan meningkatkan peluang diabetes tipe 2 sebesar 14 persen.

Tidak hanya itu. Kajian ulang juga mengungkap, konsumsi pemanis artifisial bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler hingga 32 persen.

Sejumlah studi yang dijadikan bahan kajian ulang juga menemukan, pemanis buatan bisa membingungkan tubuh. Pasalnya, biasanya tubuh menganggap makanan manis berkalori. Ketika menemui rasa manis yang tak berkalori, tubuh bingung dalam memetabolismenya.

Pemanis buatan juga membuat tubuh ingin terus-terusan memakan manis. Akhirnya, jumlah pemanis buatan dan mungkin juga gula yang dikonsumsi justru lebuh besar.

Azad mengatakan, masih butuh studi lanjut untuk menegaskan pengaruh pemanis buatan pada tubuh. Namun, ia meminta siapa pun untuk mempertimbangkan lagi konsumsinya. Ia menyarankan, lebih baik menghindari makanan manis baik yang memakai gula maupun gula rendah kalori.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau