Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jasad 7 Tokoh Ini Digali Kembali Setelah Meninggal, Ini Alasannya

Kompas.com - 18/07/2017, 09:05 WIB

Ia memiliki identitas “John St. Helens” dan mengakui identitas aslinya kepada Bates sebelum melakukan bunuh diri pada tahun 1903. Mayat Booth kemudian dimumikan dan dimasukkan ke dalam tur nasional sebagai “orang yang menembak Lincoln”.

Untuk memperjelas permasalahan ini, para kerabat Booth mendapat izin untuk menggali kembali saudara laki-laki Booth, Edwin. Mereka berharap untuk dapat membandingkan DNA keduanya dengan yang ada di tulang belakang yang dikumpulkan selama autopsi 1865 dan disimpan di Museum Nasional Kesehatan dan Kedokteran di Maryland.

Namun, museum tersebut menolak menyerahkan tulang-tulang Booth yang akan rusak akibat uji DNA. Pengadilan juga menolak semua usaha untuk menggali lagi jasad Booth.

Presiden yang diracun

Setelah presiden Amerika Serikat ke-12, Zachary Taylor, meninggal secara tiba-tiba, berbagai spekulasi pun bermunculan. Beberapa dokter menganggap Taylor terkena kolera, ada pula yang menduga ia terkena sengatan panas.

Namun, sejarawan Clara Rising berkata lain. Ia mengatakan bahwa Taylor adalah presiden pertama yang dibunuh dengan racun arsenik, karena penentangannya terhadap perbudakan kala itu telah meluas ke arah barat.

Rising mendapat pesanan untuk menggali jasad Taylor pada tahun 1991. Laboratorium Nasional Oak Ridge melakukan uji aktivasi neutron untuk mendeteksi arsenik. Menurut para ilmuwan, meskipun beberapa indikasi arsenik ditemukan, unsur tersebut sama sekali tidak mematikan.

Tim medis Kentucky menganalisis sisa-sisa jasad Taylor dan mengungkapkan bahwa kemungkinan besar ia meninggal karena gastroenteritis, infeksi yang sering disebabkan oleh bakteri atau virus dalam makanan atau minuman yang terkontaminasi. Catatan sejarah menunjukkan, presiden telah menikmati ceri segar dan susu dingin sebelum kematiannya.

Pembatalan penetapan pembunuh

Pada tahun 1950, tidak ada kasus pembunuhan yang lebih mencengangkan daripada kasus Sam Sheppard. Sheppard adalah dokter terhormat yang telah membunuh istrinya.

Sheppard menjalani hukuman 10 tahun penjara. Kala itu, ia mengatakan bahwa ia berusaha melawan “penyusup berambut lebat” pada malam pembunuhan itu. Kasus ini pun mengilhami sebuah acara televisi dan film berjudul “The Fugitive”.

Persidangan tersebut menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Akhirnya, Mahkamah Agung Amerika Serikat memerintahkan sebuah tuntutan ulang, dan Sheppard pun dibebaskan. Pada saat itu, tes DNA tidak tersedia untuk mengidentifikasi tersangka dari sampel darah di tempat kejadian.

Sheppard meninggal pada tahun 1970. Tujuh tahun kemudian, anaknya meminta penggalian kembali jasad Sheppard untuk memecahkan kebenaran. Akhirnya, terungkap bahwa DNA Sheppard tidak sesuai dengan darah dari tempat kejadian.

Tersangka justru terarah pada Richard Eberling, mantan pembersih jendela yang kemudian dihukum karena membunuh seorang wanita tua yang tidak berhubungan dengan kasus tersebut. Eberling tidak berbulu lebat, tetapi diketahui memakai rambut palsu.

Kasus ini sangat penting dalam peningkatan penggunaan sampel DNA yang tersimpan untuk memecahkan pembunuhan yang telah lama terjadi.

Halaman Berikutnya
Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau