Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma Diklaim Muslim, Gajah Mada Juga Pernah Dibilang dari Lamongan

Kompas.com - 22/06/2017, 21:08 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Mahapatih Gajah Mada bukan cuma pernah diklaim sebagai seorang muslim seperti dalam buku "Kasultanan Majapahit: Fakta Sejarah yang Tersembunyi" karangan Herman Janutama.

Arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar, dalam interaksinya dengan berbagai kalangan kerap mendengar banyak pihak mengklaim Gajah Mada berasal dari suku atau daerah masing-masing.

"Saya pernah ketemu orang Lamongan. Orang itu percaya Gajah Mada dari Lamongan. Makamnya ada di sana, juga makam ibunya. Ibunya namanya Nyai Mada, makamnya juga ada di Desa Mada," jelasnya menerangkan.

Orang tersebut juga mengklaim bahwa Gajah Mada pernah melakukan perjalanan ke Lamongan dan mampir ke masjid untuk mengucapkan kalimat syahadat dan akhirnya masuk Islam.

"Itu cuma salah satu. Ada orang Sunda yang saya temui juga meyakini Gajah Mada berasal dari Sunda. Dia menantang saya membuktikan bahwa Gajah Mada berasal dari Sunda," ucapnya.

Baca Juga: Agama Gajah Mada dan Majapahit yang Sebenarnya Akhirnya Diungkap

"Ada lagi yang mengatakan makam Gajah Mada ada di Buton sehingga asalnya dari sana," terangnya dalam diskusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Kamis (22/6/2017).

"Jadi Gajah mada itu seolah dari mana-mana. Di Lamongan ada, di Buton ada, di Lampung ada, di Sunda juga ada," ucapnya.

Klaim-klaim tentang Gajah Mada tidak hanya datang dari kalangan awam. Teori-teori yang kurang ada dasarnya juga berasal dari ilmuwan.

Agus menuturkan, ilmuwan Belanda pernah punya teori Gajah Mada berselingkuh dengan Tribhuanottunggadewi, ibu Hayam Wuruk, raja yang mengantarkan Majapahit pada masa kejayaannya.

Teori itu didasari oleh besarnya kuasa Gajah Mada. Mahapatih itu disebut sebagai satu-satunya pejabat selain raja yang punya hak mendirikan candi.

Menyikapi Klaim

Agus menuturkan, klaim harus dibedakan dan ditelaah dasarnya secara ilmiah serta dilihat berdasarkan data-data arkeologi yang ada.

Ia mengatakan, sejarah dan arkeologi telah memiliki metode untuk mengungkap identitas kerajaan berdasarkan prasasti, karya sastra, hingga legenda.

"Kalau tidak memakai metode ilmiah, sulit dibandingkan," ungkap dosen yang menulis buku "Catuspatha: Arkeologi Majapahit" itu.

"Seperti orang Bandung yang saya temui dan mengatakan Gajah Mada dari Sunda, dia mengatakan mengetahui itu dengan metode wangsit. Saya tidak bisa membuktikan Gajah Mada berasal dari sana dengan wangsit," katanya.

Baca Juga: Meski Nyata, Koin Bertuliskan Arab Bukan Bukti Kesultanan Majapahit

Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau