Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2017, 04:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Lihat foto di atas. Anda mungkin merasa tidak ada yang spesial dengan pemandangan dalam foto. Namun, di bawah tutup besi yang berkarat tersebut adalah lubang buatan terdalam di bumi.

Dikenal dengan nama Kola Superdeep Borehole, lubang dengan diameter kurang dari 23 sentimeter di Murmansk, Rusia ini mencapai kedalaman 12 kilometer ke kerak bumi, sekitar dua kilometer lebih dalam dari Palung Mariana yang merupakan bagian terdalam dari lautan.

Kisah Kola Superdeep Borehole dimulai pada tahun 1960-an ketika Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat perang dingin dan berlomba-lomba dengan teknologi. Walaupun yang lebih disorot adalah perlombaan ke luar angkasa, kedua negara tersebut juga bersaing untuk menggali lubang terdalam di dunia.

(Baca juga: Ramai-ramai Menambang di Bulan)

Di Amerika Serikat, proyek pengeboran tersebut dilakukan di pesisir Pasifik Meksiko dengan nama Project Mohole. Untuk pertama kalinya di dunia, tim peneliti AS berhasil menembus laut sedalam 3.600 meter dan terus mengebor hingga 183 meter di bawah dasar lautan. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pengeboran minyak di lautan dapat dilakukan. Namun, sayangnya pendanaan terhadap proyek tersebut dihentikan pada tahun 1966 tanpa alasan yang jelas.

Sementara itu, para peneliti Uni Soviet yang mendengar adanya Project Mohole di AS pun tidak mau kalah. Mulai dari era 1970-an hingga 1994, mereka mengebor di semenanjung Kola yang terletak di ujung utara Rusia dan menciptakan lubang terdalam di dunia yang dinamakan Kola Superdeep Borehole.

Dari lubang tersebut, para peneliti juga mempelajari berbagai hal menarik mengenai bumi seperti tidak adanya transisi dari granit ke basalt dari tiga ke enam kilometer di bawah permukaan bumi.

Sebelumnya, para ilmuwan geologi yang menggunakan gelombang seismik untuk menganalisa kerak bumi menduga adanya jenis batu baru pada kedalaman tersebut. Namun, para peneliti proyek Kola hanya menemukan lebih banyak granit pada kedalaman tiga hingga enam kilometer. Ternyata, perubahan yang dideteksi sebelumnya bukanlah perubahan jenis batu, tetapi perubahan susunan kimia dan mineral (metamorfik) pada granit.

Lebih mengejutkannya lagi, para peneliti juga menemukan air di dalam Kola Superdeep Borehole. Berbeda dengan air tanah, air tersebut berasal dari atom hidrogen dan oksigen yang dikeluarkan oleh batu granit karena tekanan yang luar biasa.

Bryan Nelson dari Mother Nature Network 31 Mei 2014 melaporkan, tapi penemuan yang paling luar biasa dari proyek ini adalah fosil plankton mikrokopis berusia 2 miliar tahun pada batu yang terletak enam kilometer di bawah tanah. Mikrofosil tersebut berasal dari 24 spesies kuno yang dibungkus dengan senyawa organik dan mampu bertahan di bawah tekanan dan temperatur ekstrim di bawah tanah.

(Baca juga: Berlomba-lomba Memanggang Roti di Luar Angkasa)

Namun, misteri terakhir yang diungkap oleh para peneliti Kola Superdeep Borehole pada tahun 1994 menjadi paku pada peti mati proyek tersebut. Begitu pengeboran mencapai kilometer ketiga di bawah tanah, perubahan temperatur meningkat secara tiba-tiba dan pada titik terdalamnya di kilometer ke-12, temperatur mencapai 180 celcius. Temperatur tersebut melebihi perkiraan para peneliti dan membuat mesin pengebor rusak.

Akhirnya, proyek ini resmi ditutup pada tahun 2005 dan kini yang tersisa dari lubang terdalam di dunia hanyalah tutup besi karatan yang tak bernama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com