Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja 19 Tahun Buta Setelah Dilempar Telur, Bagaimana Bisa?

Kompas.com - 03/06/2017, 20:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com –- Perayaan tidak selalu berbuah manis. Terkadang, sebuah ketidaksengajaan bisa menjadi petaka besar. Hal ini dialami oleh Muhammad Yusuf Permana, seorang remaja usia 19 tahun asal Leuwi Jambe, Desa Kadumangu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.

(Baca juga: Kisah Yusuf, Siswa SMK yang Buta Setelah Dilempar Telur Saat Ulang Tahun)

Di acara ulang tahunnya, sebuah telur mendarat di mata kirinya. Dua hari setelah kejadian itu, mata kiri Yusuf terasa perih dan lima hari kemudian, mata tersebut mengeluarkan nanah hingga tidak bisa dibuka.

Dokter spesialis mata, Gilbert Simanjuntak, dr, SpM, mengatakan, kebutaan yang dilami Yusuf bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain putusnya syaraf mata akibat benturan antara telur dan mata. Kondisi itu dikenal dengan istilah traumatik optik neuropatik (TON).

(Baca juga: Remaja AS Mati Setelah Minum Kopi dan Minuman Energi, Ini Pelajaran buat Kita)

“Kedua, serpihan telur itu merobek kornea matanya. Atau mungkin ada yang luka kemudian infeksi,” kata Gilbert saat dihubungi oleh Kompas.com pada hari Sabtu (3/6/2017).

Gilbert mengatakan, bakteri juga dapat berperan merusak kondisi mata. Namun, dalam peristiwa yang dialami Yusuf, bakteri tidak datang dari dalam telur. “Kulit telur itu mungkin saja banyak jamur. Lalu, kalau kena jamur bisa buta,” ucapnya.

Bakteri Pseudomonas aeruginosa, misalnya, merupakan bakteri yang sangat ganas dan berbaya bagi mata. Bila mengenai mata, cukup satu hingga dua hari bagi pasien untuk mengalami kebutaan. “Datangnya bisa dari kulit telur saat kena mata Yusuf,” ujar Gilbert.

(Baca juga: Yana Zein Benar, Mayoritas Kasus Kanker Disebabkan oleh "Nasib Buruk")

Oleh karena itu, Gilbert pun mengimbau agar berhati-hati terhadap organ sensitif seperti mata. Ia menyarankan untuk menggunakan benda lunak bila hendak bermain.

Sementara itu, untuk mengetahui perkembangan kondisi kesehatan mata, Gilbert berkata bahwa pemeriksaan perlu dilakukan setiap enam bulan sekali atau setidaknya satu tahun sekali.

”Bisa dimulai dari usia sekolah. Jadi kalau ada keluhan guru yang anak muridnya tidak bisa mengikuti pelajaran, biasanya masalahnya adalah mata anak itu. Kita harus memulai (pemeriksaan) pada anak usia sekolah. Kalau enggak nanti dia gagal sekolah,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau