KOMPAS.com -- Spesies baru dinosaurus berbulu baru-baru ini ditemukan oleh sekelompok ahli paleontology di Liaoning, China. Dinosaurus berbulu diketahui sebagai cikal bakal burung modern yang hidup saat ini.
Tim tersebut menemukan kerangka fosil milik hewan berukuran panjang sekitar 91 cm, yang diberi nama Jianianhualong tengi. Kerangka tersebut diperkirakan berusia 125 juta tahun dan ditemukan dalam kondisi terawetkan dengan baik.
(Baca juga: Setelah 20 Tahun Lebih, Identitas "Baby Louie" Akhirnya Terungkap)
J. tengi merupakan dinosaurus troodontidae, sekelompok dinosaurus burung yang merupakan kerabat paling dekat dengan burung modern.
Salah satu ciri kunci pada dinosaurus yang baru ditemukan ini adalah bulu-bulunya yang asimetris, dengan bulu-bulu di satu sisi lebih lebar dibanding sisi lainnya. Ini adalah faktor utama dalam sejarah terbangnya hewan.
“Sudah diterima secara luas bahwa asimetri pada bulu penting untuk asal-usul terbangnya burung, dan sekarang kita dapat menunjukkan bahwa ciri ini telah didistribusikan secara luas di luar keluarga burung,” kata Xu Xing, ahli paleontologi di Chinese Academy of Sciences yang juga terlibat dalam studi.
Tetapi tidak semua bulu-bulu diciptakan dengan fungsi yang setara. Nenek moyang awal burung mengembangkan fitur bulu sebelum mereka bisa terbang. Meski kehadiran bulu-bulu dikaitkan dengan kemampuan terbang, bulu asimetris yang ditemukan pada spesies baru ini tak lantas berarti hewan ini dapat terbang.
(Baca juga: 80 Tahun Dilupakan, Ternyata Titanosaurus Ini yang Pertama di Dunia)
Para peneliti menyatakan bahwa untuk saat ini, mereka tidak memiliki informasi yang cukup guna memastikan apakah J. tengi dapat terbang atau tidak.
“Untuk merekonstruksi kemampuan aerodinamis pada fosil burung awal dan dinosaurus mirip burung sangat menantang, karena ada banyak data terkait yang hilang,” kata Michael Pittman, ahli paleontologi di Univeristy of Hong Kong sekaligus penulis studi.
Bulu asimetris pada spesies baru ini menunjukkan bahwa setidaknya ada peningkatan aerodinamis, kata Pittman, tetapi pada beberapa spesies dinosaurus, kondisi ini bisa diartikan sebagai lompatan yang lebih jauh, gerakan yang lebih gesit dalam menghindari predator atau menerkam mangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.