KOMPAS.com -- Walaupun telah diajarkan sejak jenjang sekolah dasar, fisika masih dianggap momok oleh siswa-siswi Indonesia. Tidak sedikit juga masyarakat yang menganggap bahwa fisika itu sulit dimengerti dan membosankan.
Menurut Hendra Kwee, PhD, Founder Yayasan Simetri yang membantu anak-anak berprestasi di Indonesia untuk berkompetisi di tingkat dunia, tantangan terbesar dalam mengajarkan sains adalah kompetensi guru yang rendah.
(Baca juga: Indonesia Raih 2 Medali di Olimpiade Fisika APhO Tersulit dalam Sejarah)
“Banyak dari mereka (guru) yang tidak punya latar belakang yang cocok untuk mengajar bidang sains. Bukan dari bidang sains tapi mengajar sains,” ucapnya dalam konferensi pers kemenangan Tim Olimpiade Fisika Indonesia di Asian Physics Olympiad ke-18 yang diadakan di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Senin (15/5/2017).
Penguasaan sains yang lemah tersebut membuat cara penyampaian dan pengajaran guru di bidang sains menjadi tidak menarik.
Banyak guru di Indonesia yang melakukan pendekatan dari penghafalan rumus. Padahal, rumus di bidang fisika jumlahnya sangat banyak. Akibatnya, anak pun menjadi kesulitan untuk menyukai fisika.
“Pendekatannya seharusnya pemahaman,” ujar Hendra. Merujuk kepada peserta APhO ke-18 yang turut hadir di acara tersebut, dia berkata bahwa anak-anak tersebut tidak belajar untuk menghafal rumus, tetapi untuk memahami.
(Baca juga: Apa Rahasia Peraih Medali Emas di Olimpiade Fisika Ini)
Selain itu, rendahnya kompetensi guru di Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari kurangnya talenta berbakat yang bersedia untuk menjadi tenaga pengajar.
Hendra menuturkan, di Indonesia sekarang ini, menjadi pengajar agak dipandang sebelah mata, dianggap sebagai karier miskin dan tidak menarik. Untuk itu, dia pun menyarankan untuk lebih mendorong anak-anak yang berpotensi untuk menjadi guru.
“Ya, ini paradigma yang perlu berubah di indonesia. Guru itu pekerjaan yang mulia dan kesejahteraannya perlu kita tingkatkan agar semakin banyak orang mau berkarier sebagai guru. Sebab, dengan guru yang berkualitas, kita bisa dapat siswa yang berkualitas,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.