"Komodo sebenarnya sangat bersih. Ini paku lainnya di peti mati untuk ide mereka yang menyebut menggunakan bakteria sebagai senjata," imbuhnya.
Sementara, Goldstein seperti dikutip National Geographic pada 27 Juni 2013 mengatakan, "Model bakteri sebagai racun didasarkan pada kesalahan dan studi yang tidak berlaku," kata Goldstein.
Baca Juga: Mendesak, Regenerasi Ahli Komodo
Mungkin ada yang berargumen bahwa komodo dalam penelitian tak punya bakteri beracun karena sudah hidup di kandang kebun binatang.
Namun menurut Fry, populasi bakteri pada komodo di kandang dan di alam liar tidak akan berbeda. "Mereka seharusnya juga bisa memfasilitasi pertumbuhan bakteri saat di kandang," katanya.
Di samping buku Auffenberg, hanya ada satu bukti pendukung hipotesis bahwa komodo membunuh dengan racun, yaitu hasil studi tim Universitas Texas di Arlington.
Pada tahun 2002, mereka menemukan perbedaan bakteri di air liur 26 komodo liar dan 13 komodo kandang, termasuk 54 penyakit yang disebabkan oleh patogen.
Ketika mereka menyuntikkan air liur komodo pada tikus, banyak tikus itu mati dan darahnya dipenuhi mikroba jenis Pasteurella multocida.
Tapi menurut Fry studi itu menggelikan. Bakteri yang teridentifikasi sebenarnya tidak bersifat patogen dan tidak terdapat pada semua komodo.
Menurut Fry, bakteri bisa saja berkontribusi membunuh mangsa, tetapi tidak dengan cara yang diungkapkan Auffenberg.