Waspada, Banyak Ikan Laut Terkontaminasi Sampah Plastik

Kompas.com - 05/04/2017, 07:27 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


KOMPAS.com
– Penyuka sajian ikan laut sebaiknya perlu waspada. Riset yang dilansir jurnal nature pada 2015 mendapati banyak ikan laut terkontaminasi limbah plastik.

Riset tersebut mengambil sampel dari ikan yang dijual oleh pasar-pasar di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dan Califonia, Amerika Serikat. Hasilnya, kedapatan butiran plastik di usus ikan sampel dari pasar tersebut, sementara dalam ikan asal pasar California ditemukan plastik berbentuk serat dengan kadar sampai 80 persen.

“Menurut kami, perbedaan kandungan limbah pada ikan terjadi karena pola pengelolaan sampah plastik yang berbeda di masing-masing negara,” papar Chelsea Rochman, peneliti dalam riset itu, seperti ditulis pulseheadlines.com, Minggu (27/11/2015).

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut pula, tingkat kecemaran ikan di perairan Makassar terhadap limbah plastik sudah mencapai 22 persen.

Riset lanjutan, sebut dia, akan digelar di 15 kota lain. Gunanya, untuk melihat apakah ikan-ikan di sana juga tercemar limbah plastik atau tidak.

“Walau tingkat kecemaran ikan di Makassar belum setinggi di California yang sudah mencapai 64 persen, pemerintah mulai waspada," kata Luhut seperti dikutip Kontan, Jumat (24/3/2017).

Terlebih lagi, sebelumnya juga sudah ada riset dari Jenna Jambeck dan kawan-kawan pada 2015, yang menyebut Indonesia merupakan negara penyumbang nomor dua terbanyak sampah plastik ke laut. Sampah yang dihasilkan mencapai 187,2 juta ton.

Bahaya laten plastik

Kondisi tersebut jelas mengkhawatirkan tak hanya bagi ekosistem laut, tetapi juga bagi kesehatan manusia yang menyantap ikan tercemar limbah plastik.

KOMPAS.com / DANI PRABOWO Menteri LHK Siti Nurbaya

Menteri Lingkungan Hidup dan Kesehatan Siti Nurbaya mengatakan kandungan plastik dalam ikan dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan, mulai peradangan tubuh, kematian sel, sampai kerusakan saluran pencernaan.

"Yang namanya plastik, kenapa (dia) berbahaya karena dia tidak bisa terurai ketika berada di alam. Diperkirakan baru bisa terurai dalam waktu 400 tahun," kata Siti seperti dimuat Kompas.com, Minggu (31/7/2017).

Lagi pula meskipun ada plastik ramah lingkungan berlogo biodegradable sekalipun tetap tak bisa terurai di lautan. Merujuk laporan PBB untuk konvensi badan lingkungan hidup (UNEA) di Nairobi, Kenya, Senin (23/05/2016), plastik ramah lingkungan baru bisa terurai bila memenuhi sejumlah kondisi.

Untuk terurai, papar laporan itu, plastik biodegradable membutuhkan suhu minimal 50 derajat Celcius, serta terpapar langsung radiasi ultraviolet sinar matahari dan udara. Semua syarat itu tak terpenuhi di bawah laut, yang bertambah dalam akan cenderung makin gelap, dingin, dan minim oksigen.

Ada terobosan?

Terobosan untuk meminimalkan masalah plastik pun jadi makin mendesak karenanya. Butuh upaya bersama, tak cuma mengandalkan Pemerintah.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau