Produk bioplastik pun mulai beragam. "Kita bisa replace styforoam dengan ampas tebu yang terdekomposisi dalam 90 hari. Lalu ada sedotan plastik dari pati jagung. Papercup dari pati jagung dan sendok makan dari bahan kayu yang biodegradable. Banyak produk lain yang temanya disposable plastik."
Selisih Harga Sedikit, Dampak Besar
Pengembangan yang baik membuat bioplastik Avani Eco telah meraih sejumlah sertifikasi. Selain sertifikasi dari Institut Pertanian bogor (IPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), bioplastik Avani juga sudah mengantongi sertifikasi Oral Toxicity Test.
"Jadi produk ini tidak memberikan efek berbahaya bagi mamalia laut kalau terdampar di lautan. Kan sekarang banyak plastik mengendap di perairan, itu membunuh banyak hewan laut. Jadi bioplastik ini bukan hanya ini ramah lingkungan di atas tanah, tapi juga ramah bagi lautan," jelas Kevin saat ditemui Kompas.com, Sabtu (25/2/2017).
Ke depan, Kevin berambisi mendapatkan sertifikasi ASTM 1600. Untuk mendapatkan sertifikasi itu, bioplastik harus dapat terdegradasi dalam waktu 180 hari. Saat ini, bioplastik Avani Eco terdegradasi terlalu cepat, 133 hari.
Selisih harga bioplastik dengan plastik biasa hanya sedikit. Untuk produk kantung plastik, selisih harga Rp 200 - 3000. Sementara untuk sedotan, selisih harganya cuma Rp 80. Tapi, uang dalam jumlah sedikit itu bisa memberi dampak besar.
Kevin mengatakan, jika saja lebih banyak orang di dunia mau menggunakan bioplastik, maka kematian hewan laut dan akumulasi racun tak terduga akibat penggunaan plastik polystyrene dapat berkurang drastis. Pastinya, langkah 3R tetap perlu dilakukan.