Sertifikasi dilakukan pada dua aspek, yakni aspek desain dan analisis serta aspek pembangunan purwarupa pesawat. Sertifikasi aspek desain dan analisis dengan memeriksa dokumen yang dibuat perekayasa PTDI. Penyelesaian satu dokumen butuh beberapa minggu. "Lebih dari 300 dokumen dan lebih dari 3.000 gambar teknis dan komponen sepadan harus ditinjau. Jadi, tugas ini amat besar," ujarnya.
Sementara sertifikasi untuk aspek pembangunan purwarupa pertama pesawat dilakukan DKUPPU dengan memeriksa komponen-komponen yang akan diintegrasikan dalam purwarupa. Itu untuk memastikan komponen yang dibuat sesuai desain dari perekayasa.
Setelah purwarupa pertama N219 terbang, sejumlah tahap harus dilalui, antara lain purwarupa pertama dan kedua N219 harus menjalani ratusan jam terbang. "Uji terbang itu diperlukan untuk memberi bukti keselamatan penumpang sesuai regulasi CASR part 23," katanya.
Pangsa pasar
Kehadiran N219 dibutuhkan daerah terpencil, kepulauan, dan terluar di Indonesia yang selama ini bergantung pada penerbangan perintis. Itu diharapkan mendorong perekonomian dan menjaga keutuhan negara.
Pada 2014, Indonesia yang punya 170 rute penerbangan perintis butuh 40 pesawat sekelas N219. Pada 2015, rute penerbangan perintis bertambah menjadi 217 rute sehingga kebutuhan pesawat kecil sekelas N219 naik.
Pangsa pasar Asia Pasifik pun menjanjikan. Diperkirakan hingga tahun 2022 perlu 118 pesawat sekelas N219 versi sipil, termasuk untuk Indonesia.
Adapun pesawat perintis yang beroperasi berteknologi lama dan usianya tua sehingga perlu diganti. Jadi, kebutuhan pesawat sekelas N219 kian besar. (MZW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.