Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Sampah, Menyelamatkan Kota

Kompas.com - 21/08/2016, 18:03 WIB

Kerja sama dengan kelompok masyarakat peduli pengelolaan sampah juga terus dipelihara. Gun Gun mengatakan, bantuan biodigester diberikan ke beberapa RW hingga mesin pengolahan sampah di tempat pembuangan sementara di Tegalega dan Gedebage. "Tahun depan, fokus utama kami mengajak masyarakat memilah sampah dari rumah," kata Gun Gun.

Harapan

Saat pemerintah masih mencari jalan terbaik, sejumlah masyarakat memilih mandiri menyelamatkan "Kota Kembang". Tanpa berharap pamrih mereka bergerak mandiri.

Sejak dua tahun lalu, warga RW 009 Kelurahan Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat, masih setia mengelola sampah seperti bayi. Mereka membentuk organisasi peduli lingkungan Kami Kawasan Bersih (Kakasih). Mereka memilah sampah sejak dua tahun lalu. Koordinator Kakasih, Asep Dimyati (41), mengklaim melalui gerakan itu mereka bisa mengurangi produksi sampah hingga 50 persen dari produksi sampah sekitar 500 kg per hari.

Salah satu program andalannya adalah kalender sampah. Senin dan Kamis adalah hari memisahkan sampah organik. Setelah dicacah dan direndam, sampah organik menjadi bahan bakar biodigester berkapasitas 15 kg menjadi pupuk cair dan gas untuk kompor.

"Hari Selasa dan Jumat dipilih untuk memisahkan sampah anorganik. Beberapa warga ada yang menjual kertas atau kantong plastik sendiri. Sementara Rabu dan Sabtu adalah waktu pengangkut sampah mengambil sampah residu," kata Asep.

Dwi Retnastuti (46) juga melakukan hal serupa di rumah bersama tetangga di kawasan Gedebage, Kota Bandung. Dalam sebulan, ada 75 kg kompos didapat dari sampah organik. Jumlah itu terbilang minim hanya 10 persen dari potensi yang ada.

Simak juga tangan-tangan kecil komunitas peduli Cikapundung, Kuya Gaya. Koordinator Kuya Gaya, Handoyo (55), mengatakan, anggotanya terbiasa menceburkan diri ke Sungai Cikapundung. Dengan menggunakan garpu bermata dua buatan sendiri, ia dan empat orang lainnya rutin mengangkut sampah dan lumpur mengendap.

"Saat ini harus diakui kerja keras ini belum maksimal. Baru sekitar 20 persen dari total sampah yang mengalir di Cikapundung, yang bisa diangkutnya," kata Ketua RT 009 RW 015, Kampung Pulosari, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Bandung Wetan, ini. (Cornelius Helmy)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com