KOMPAS.com - Kicauan jagat raya terdengar untuk kedua kali. Sekali lagi, ilmuwan membuktikan kebenaran teori Einstein yang lahir lebih dari 100 tahun lalu.
Kicauan jagat raya itu membuktikan adanya gelombang gravitasi, riak jagat raya yang diprediksi keberadaannya dalam Teori Relativitas Einstein.
Meski disebut kicauan, gelombang gravitasi sama sekali bukan gelombang suara. Gelombang gravitasi sejatinya tak bisa didengar manusia dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan gelombang suara.
Gelombang gravitasi yang ditemukan disebut kicauan karena ketika diolah sedemikian rupa oleh ilmuwan, bunyinya terdengar seperti kicauan burung.
Terdeteksinya kembali gelombang gravitasi sangat berarti bagi ilmuwan. "Kami bisa sepenuhnya percaya bahwa yang terdeteksi pertama kali dahulu bukan sinyal gangguan," kata Richard O'Shaughnessy, salah satu ilmuwan yang terlibat penemuan.
Gelombang gravitasi yang dihasilkan dari persatuan dua lubang hitam itu pertama kali terdeteksi pada September 2015 dan diumumkan Februari 2016 lalu.
Ilmuwan menjelaskan, gelombang gravitasi yang pertama merupakan hasil "perkawinan" dua lubang hitam berukuran 36 kali dan 29 kali. "Perkawinan" itu terjadi sekitar 1,3 miliar tahun lalu.
Baca: Kicauan Jagat Raya Terdengar! Einstein Benar, Gelombang Gravitasi Memang Ada
Gelombang gravitasi kala itu terdeteksi berkat ketekunan ilmuwan yang terlibat proyek Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO).
Perangkat LIGO mendeteksi gelombang gravitasi dengan bantuan penghasil laser dan detektor mahasensitif. Deteksi gelombang didasarkan pada perubahan waktu tempuh laser saat bergerak pada jarak tertentu.
Baca: Kicauan Jagat Raya Bukti Gelombang Gravitasi, Apa dan Bagaimana Menemukannya?
Deteksi gelombang gravitasi kali ini juga dilakukan oleh tim LIGO dengan bantuan tim dari Cardiff University dan Rochester Institute of Technology (RIT) di Inggris.
Gelombang gravitasi kedua ini terdeteksi pada 26 Desember 2015. Diperkirakan, gelombang ini adalah jejak perkawinan dua lubang hitam pada 1,4 juta tahun lalu.
Menurut ilmuwan, kicauan kali ini lebih lirih dari yang pertama. Itu karena ukuran lubang hitam yang "kawin" lebih kecil dari sebelumnya.
Namun begitu, kicauan kali ini berlangsung lebih lama. Menurut perhitungan ilmuwan, kicauan kali ini tiga kali lebih lama dari yang pertama.
O'Shaughnessy yang merupakan ilmuwan RIT, seperti dikutip EurekAlert, Rabu (15/6/2016), mengatakan, gelombang kali ini merupakan jejak "perkawinan" dari lubang hitam yang massanya 14 dan 8 kali Matahari.
Hasil "perkawinan" itu adalah lubang hitam bermassa 21 kali Matahari. Kali ini, ilmuwan berhasil menangkap sinyal sejak 27 kali tarian terakhir dua lubang hitam sebelum akhirnya "kawin".
David Reitze, direktur eksekutif LIGO, mengatakan, "Sepertinya akan lebih banyak lagi (perkawinan) lubang hitam seperti ini yang akan ditemukan."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.