Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Membuat Makanan Lebih Beracun

Kompas.com - 13/06/2016, 21:05 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com - Cuaca ektrem dan perubahan iklim akan meningkatkan racun pada bahan makanan.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Divisi Peringatan Dini United Nation Environment Programme (UNEP), Jacqueline McGlade.

Dalam wawancara dengan DW.com pada Rabu (1/6/2016), Jacqueline mengatakan bahwa UNEP mengidentifikasi masalah yang disebut "poison chalice", akumulasi racun pada tanaman hasil panen akibat perubahan iklim.

Alam memaksa tanaman pangan untuk beradaptasi dengan kondisi kekeringan atau banjir. Sayangnya, adaptasi itu berpotensi memicu akumulasi racun pada tanaman pangan tersebut.

Logikanya begini...

Dalam kondisi normal, tanaman akan memproduksi seluruh rangkaian protein dan berbagai macam nutrisi yang berguna.

"Tapi ketika kita menghadapi kekeringan atau banjir, tanaman akan merespon dengan cara berbeda," kata Jacqueline.

Akibat dari hal itu, selain turunnya produktivitas, tanaman dapat mengakumulasi zat tertentu yang bersifat racun bagi manusia dan hewan.

Salah satu zat yang bisa terakumulasi pada tanaman pangan adalah nitrat.

Dari tanaman pangan, nitrat bisa terakumulasi pada tubuh manusia jika manusia memakannya. Dalam kadar tretentu, nitrat bisa bersifat toksik.

Senyawa lain yang berpotensi meracuni manusia adalah hidrogen sianida.

Tanaman pangan yang bisa mengakumulasi senyawa tersebut antara lain singkong, maize, sorghum, rami, jenis-jenis tanaman yang banyak ditanam di negara berkembang.

"Pada ekstrem yang lain, dalam kondisi basah dan benajir, Anda akan melihat pertumbuhan jamur," kata Jacqueline.

Jamur bisa tumbuh pada biji tanaman. Ketika tanaman tersebut diolah menjadi tepung dan mausia memakannya, racun yang dihasilkan oleh jamur pun bisa termakan.

Menurut Jacqueline, zat racun dari tanaman itu betul-betul bisa merugikan manusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com