Mengapa Kematian Satu Badak Sumatera di Kalimantan adalah Kehilangan Besar?

Kompas.com - 05/04/2016, 21:31 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Kematian Najag, satu-satunya badak sumatera di Kalimantan yang tertangkap fisik, menjadi duka bagi kalangan konservasi.

Bupati Kutai Barat, Ismail Thomas, mengatakan, “Saya sangat prihatin dengan kematian Badak Najag dan ini menjadi pelajaran bagi semua pihak dalam melanjutkan penanganan dan penyelamatan Badak-badak selanjutnya yang masih ada di Kutai Barat."

“Ini merupakan pelajaran berharga bahwa menyelamatkan satu badak saja sangat sulit, dan perlu dukungan  ahli dan sumber daya yang intensif,” ujar Efransjah, CEO WWF-Indonesia.

Satu kematian badak sumatera, satu-satunya spesies badak Asia bercula dua yang masih tersisa, berarti kehilangan besar bagi dunia.

Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia, Nyoman Iswarayoga, mengungkapkan, sebabnya adalah jumlah populasi badak sumatera yang sangat sedikit.

"Populasi badak sumatera diperkirakan di bawah 100 di dunia. Oleh karenanya, 1 individu pun bisa menciptakan populasi badak yang bertahan."

Ditemukannya Najag awalnya menjadi harapan akan kelanjutan subspesies badak sumatera di Kalimantan, Dicerorhinus sumatrensis harrissoni.

Badak sumatera di Borneo mulanya tersebar dari Kalimantan hingga Sarawak. Namun, tahun lalu, badak sumatera sudah dinyatakan punah di Sarawak.

Sejauh ini, di Kutai Barat saja, diperkirakan ada 8-20 badak sumatera yang tersebar di tiga kantung wilayah. Badak itu kini menghadapi tantangan karena ekspansi tambang dan praktik logging.

Najag ditemukan lewat kamera jebak pada Oktober 2015 lalu dalam kondisi terjerat tali. Pada 12 Maret 2016, Najag berhasil ditangkap secara fisik dan dibawa ke kandang sementara.

Kematian Najag diduga kuat akibat infeksi pada kaki akibat terjerat. Sejumlah upaya sudah dilakukan oleh tim dokter namun sayang, Najag menghembuskan nafas terakhir dini hari ini.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau