Ironisnya, kalau ada pejabat yang baik pun, masih ada pula orang yang mencari-cari celanya untuk dihujat.
Dalam situasi itu, ada segelintir orang yang memang suka membesar-besarkan, membuat klaim-klaim. Ada peneliti yang sampai merasa perlu untuk membuat siaran pers ketika makalahnya dimuat di jurnal bergengsi, padahal ia cuma penulis keempat.
Atau ada yang mengabarkan ke media ketika ia memenangkan penghargaan sebagai presenter terbaik pada sebuah konferensi, padahal itu biasa saja.
Ada yang dengan bangga mengatakan bahwa nama Indonesia telah menggetarkan daratan Eropa ketika putra-putri kita menang di olimpiade sains. Adduuuuh.
Masyarakat kita umumnya tidak kritis, karena tidak tahu. Urusan teknologi 4G misalnya, kebanyakan sarjana lulusan S1 pun banyak yang tidak tahu tentangnya. Demikian pula halnya dengan hal-hal lain seperti teknologi mobil listrik, olimpiade sains, dan sebagainya.
Bahkan awak media kita tak punya cukup pengetahuan untuk membedakan antara menciptakan dan merakit. Media bukan penjelas kabar, tapi penyebar kabar tak jelas. Maka jadilah kita ini sebagai bangsa konsumen hoax dan berita kabur.
Saya menempatkan diri sebagai penyedia informasi terang, sebatas kemampuan yang saya miliki. Kadang posisi itu saya ambil dengan resiko dimaki-maki sebagai orang yang dengki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.