Gangguan maturitas seksual juga bisa menimpa LGBT. Namun, bukan LGBT itu sendiri yang merupakan penyakit. Lebih pada perasaan menderita sebab belum menemukan dirinya.
Seporang netizen Herman Saksono menanggapi ungkapan Fidiansyah di blog-nya. Ia mengungkap ada sejumlah bagian dari buku pedoman diagnosis gangguan jiwa yang tiudak dikatakan oleh Fidiansyah.
Pertama soal bahwa orientasi seksual bukan masalah. Kedua, bahwa homoseksualitas sebenarnya setara dengan heteroseksualitas.
"dr. Fidiansjah melenyapkan 2 kalimat dan merangkai potongan-potongan tulisan PPDGJ III sehingga homoseksualitas dan biseksualitas seolah-olah adalah gangguan jiwa," tulisnya.
Fidiansyah dalam acara ILC menyatakan agar tidak membaca sepotong-sepotong. Namun menurut Herman, Fidiansyah-lah yang membaca sepotong-sepotong. "Di sini nampak bahwa dr. Fidiansjah tidak mengatakan kebenaran," katanya.
"Kesalahan dr. Fidiansyah tidak dapat diterima. dr. Fidiansyah harus mengkoreksi ucapannya kepada publik dan meminta maaf karena tindakannya berpotensi melanggengkan diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum marginal homoseksual, biseksual, dan LGBT pada umumnya," imbuhnya.
Kepada Kompas.com beberapa waktu lalu, dr Ryu Hasan yang seorang neurolog juga mengungkapkan bahwa LGBT bukan gangguan jiwa dan tidak harus diobati atau diterapi.
Dia juga mengkritisi kalangan ilmuwan dan dokter yang kurang memperbarui pengetahuannya serta masih mendikotomikan ilmu dan keyakinan.
"Menganggap bahwa science dan keyakinan adalah dua hal yang terpisah. Kalau tidak sesuai keyakinan, maka science-nya diabaikan," imbuhnya.
Baca: Soal LGBT, Ilmuwan Belum Mampu Memberi Pencerahan
Fidianyah adalah mantan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan dan menjadi salah satu pembimbing di Peduli Sahabat, komunitas yang salah satu tujuannya adalah "meluruskan" LGBT.
Dalam acara ILC, Fidiansyah juga mengatakan bahwa pedoman diagnosis gangguan jiwa tidak bisa hanya berdasarkan sains saja tetapi juga spiritual.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.