1. Pelajari tanggal, jam, dan lokasi pasti kejadian gerhana matahari yang akan kita potret. Sadarilah bahwa kita akan mendapatkan hasil terbaik kalau kita memotret dari tempat yang merupakan pusat GMT karena di titik itu gerhana lebih lama waktunya dibandingkan dengan tempat lain.
Memotret gerhana pada musim kemarau suatu tempat jelas akan memberikan langit yang lebih bersih. Tanggal pasti sebuah GMT bisa didapatkan dari pusat-pusat astronomi, bisa dari internet dan bisa juga sudah diberitakan di beberapa media.
Untuk GMT pada 9 Maret nanti, proses gerhana matahari akan dimulai sejak pagi. LAPAN sendiri memprediksi GMT 2016 akan terjadi di 10 provinsi di Indonesia.
Jalur GMT tersebut bermula dari Palembang (Sumatera Selatan), Bangka Belitung, Sampit (Kalimantan Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur), Palu, Poso, Luwuk (Sulawesi Tengah), Ternate dan Halmahera (Maluku Utara).
Edwin, Hartono dan Agatha sudah merencanakan pemotretan sejak Juli 2008. Rencana semula mereka akan memotret di Shanghai.
Namun, mendekati hari-H, mereka memutuskan pindah lokasi karena laporan cuaca menunjukkan bahwa Shanghai akan sangat berawan saat GMT terjadi. Pemilihan lokasi pemotretan harus sangat teliti, terus memantau berbagai sumber, dan jangan lupa cek perkiraan cuaca dari daerah yang akan Anda pilih.
2. Selain tanggal kejadian, Anda juga harus tahu persis waktu dan perkiraan durasi GMT yang akan Anda potret.
Proses GMT mulai dari awal pertama hingga selesai di Chongqing pada 22 Juli 2009 berlangsung sekitar dua setengah jam.
Pada GMT di Indoneia 9 Maret nanti, tiap daerah punya durasi masing-masing. Bangka, misalnya, akan dimulai pada pukul 06.20 WIB dan berakhir pada 08.33, dengan durasi gerhana total hanya 2 menit 8 detik.