Melihat keutuhan tulang belulang yang ditemukan, Alemseged memperkirakan, si "bocah" ini terkubur dengan cepat. Kemungkinan besar, ia terkubur oleh sedimen dari bencana banjir.
Dalam pandangannya, aferensi merupakan spesies transisi terbaik yang menghubungkan spesies sebelum empat juta tahun lalu dengan spesies setelah tiga juta tahun lalu. Alasannya, spesies yang ditemukan kali ini masih campuran dari makhluk yang mirip kera dan mirip manusia.
Sebelum empat juta tahun lalu, spesies yang ada berciri gigi primitif, berukuran otak kecil, tetapi mulai berdiri dan berjalan dengan dua kaki. Fosil "bocah" Dikika ini ketika mati diperkirakan mempunyai otak seukuran 330 sentimeter kubik. Ukuran ini memang tak jauh dari otak simpanse. Namun, jika dibanding dengan afarensis dewasa, ukuran itu setara dengan 63-88 persen ukuran otak afarensis dewasa.
Menurut para ilmuwan, ukuran otak itu masih tetap tumbuh karena pada usia tiga tahun, otak yang terbentuk baru sekitar 90 persen. Namun, pertumbuhan otak yang cukup lambat ini justru meyakinkan para ilmuwan bahwa fosil Dikika ini selintas sangat mirip dengan manusia.
Oleh karena itu, mereka masih kaji lebih lanjut kemungkinan bahwa Dikika bisa memanjat. Fosil Lucy, "orangtua" fosil Dikika, dikenal memiliki tangan panjang mendekati lutut dan berbahu mirip gorila.
Walau begitu, para ahli belum benar-benar meyakini, ciri fisik seperti itu menunjukkan kemampuan memanjat atau hanya pertumbuhan evolusioner. (BBC News/RIE)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.