Jejak Pembauran Melanesia dan Austronesia

Kompas.com - 23/11/2015, 15:03 WIB

Bukti-bukti keberadaan migrasi awal manusia modern ini bisa ditemui di banyak situs di Jawa Timur (Song Terus, Braholo, dan Song Kepek), Sulawesi Selatan (Leang Burung dan Leang Sekpao), serta di sejumlah wilayah lain Nusantara. Temuan lukisan tangan di Leang Timpuseng, Maros, berusia 40.000 tahun, dan yang tertua di dunia, juga berasosiasi dengan kelompok migran awal ini.

Di akhir Zaman Es, sekitar 12.000 tahun lalu, menurut Truman, kembali terjadi gelombang migrasi manusia ke Kepulauan Nusantara akibat perubahan iklim. "Mereka datang dari Asia daratan dan membuat diaspora ke berbagai arah, termasuk ke Nusantara," katanya.

Kelompok yang dikenal sebagai Austromelanesia atau Austroasiatik ini lalu mengembangkan hunian goa yang sebelumnya dilakukan manusia migran pertama dan melanjutkan tradisi berburu serta meramu. Gelombang migrasi berikutnya ke Nusantara adalah kedatangan populasi Austronesia (out of Taiwan) sekitar 4.000 tahun lalu.

Pembauran

Dari penelitian genetika, seperti dijelaskan Herawati, ternyata menunjukkan ada pembauran genetika melalui kawin-mawin penutur Austronesia dan Papua ini sejak fase-fase awal perjumpaan mereka, 4.000 tahun lalu. Dengan menganalisis DNA 2.740 individu dari 12 pulau, enam dari Indonesia barat dan selebihnya dari NTT (Sumba, Flores, Lembata, Alor, Pantar, dan Timor), Tumonggor (2013) menemukan pembauran intensif antara penutur Austronesia dan penutur Papua itu.

Jejak pembauran dalam genetika ini ternyata juga bisa dilihat dalam produk kebudayaan di antara dua penutur. Truman mencontohkan tradisi menyirih dan menginang dari Austronesia yang membudaya di Papua. Sebaliknya, arsitektur rumah penutur Austronesia di Wae Rebo, Flores, menunjukkan peminjaman kebudayaan Papua.

Pembauran ini, kata ahli bahasa dari Universitas Indonesia, Multamia RMT Lauder, juga terlihat dalam penggunaan bahasa. Sekalipun secara garis besar ada dua rumpun bahasa di Indonesia, yaitu Austronesia dan Papua, keduanya menunjukkan ada saling meminjam kata, terutama di Indonesia timur.

"Di kawasan ini, penutur Austronesia banyak pinjam bahasa non-Austronesia. Demikian sebaliknya. Pertukaran terutama terkait angka dan cara berhitung yang menunjukkan adanya barter dan perdagangan," tuturnya.

Bukti-bukti genetik, kebudayaan, hingga bahasa memang menunjukkan evolusi pembauran manusia Nusantara sejak ribuan tahun lalu, dan kian intensif sejak pembentukan Indonesia sebagai negara berdaulat tahun 1945. Jejak pembauran ini mestinya jadi bekal penting pembangunan ekonomi-politik Indonesia yang lebih adil dan merata, dari Aceh hingga Papua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau