Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Listrik Masuk, Kini Kita Sudah Memiliki Es Batu...

Kompas.com - 29/10/2015, 20:41 WIB

Dengan harga bensin di Desa Bangga Rp 10.000 per liter, praktis ongkos untuk menerangi rumah yang dihuni bersama tiga anggota keluarga Rp 600.000 per bulan. Uang sebanyak itu, ujarnya, dibakar setiap bulan.

"Sekarang, ongkos bulanan untuk listrik tak sampai Rp 100.000. Genset juga sudah saya jual. Kami pun sudah bisa menghemat," ucap Isma.

Program pemerintah

Sistem kelistrikan di Gorontalo terbilang rapuh. Dari kebutuhan sekitar 80 megawatt, tak sampai separuhnya yang bisa dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara. Sebagian besar pasokan listrik di Gorontalo dipenuhi dari pembangkit di Sulawesi Utara (sistem kelistrikan Sulawesi Utara dan Gorontalo/Sulutgo).

Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, rasio elektrifikasi Gorontalo 77,58 persen. Rasio elektrifikasi adalah jumlah penduduk yang menikmati listrik dibandingkan dengan populasi penduduk di wilayah itu. Sistem kelistrikan di Sulut berwarna merah, yang berarti dalam keadaan kritis atau defisit. Arti lebih gamblang, di wilayah itu kerap terjadi pemadaman bergilir.

Data lebih rinci menyatakan, ada 59.591 rumah tangga di Provinsi Gorontalo yang belum teraliri listrik. Jumlah itu hanya mewakili sekian puluh ribu rumah tangga hingga jutaan rumah tangga di semua provinsi di Indonesia yang belum menikmati listrik. Secara keseluruhan, ada sekitar 8,5 juta rumah tangga di Indonesia yang masih gelap gulita.

Untuk menaikkan rasio elektrifikasi di Indonesia, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menyusun megaproyek pembangunan pembangkit 35.000 megawatt yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Di luar soal realistis atau tidak proyek ini, program itu layak didukung agar Isma dari Desa Bangga bisa hidup layak seperti warga negara Indonesia lainnya yang sudah menikmati listrik sedari lahir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com