Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Manusia Indonesia?

Kompas.com - 12/10/2015, 09:45 WIB

"Studi kami di Indonesia awalnya untuk mencari hubungan DNA dengan mutasi penyakit, seperti talasemia dan hemoglobinopathy (jenis penyakit sel darah merah)," jelas Herawati. "Selain itu, kami juga ingin tahu kerentanan maupun daya tahan setiap etnis terhadap penyakit non-infeksi, seperti diabetes melitus (kencing manis)."

Untuk itu, dibutuhkan data struktur genetika orang Indonesia. "Masalahnya, gen orang Indonesia belum dipetakan. Kebanyakan studi fokus pada daratan Asia maupun Pasifik. Itu mengherankan kami karena Indonesia merupakan jalur penting migrasi awal out of Africa hingga Australia," katanya. "Maka, kami berinisiatif mengumpulkan sampel DNA manusia Indonesia."

Genap sebulan sejak pengumpulan sampel DNA orang Tanimbar. Kamis (8/10/2015), di laboratorium Eijkman di Jakarta, tim peneliti mendiskusikan temuan awal. "Dari 106 sampel, baru sembilan yang selesai," ujar Chelzie C Darussalam, peneliti muda Eijkman.

Namun, hasil analisis awal terhadap sembilan sampel itu cukup mengejutkan. "Kami sudah dapatkan haplogroup (kelompok DNA mitokondria) 'E1a1a', 'F1a3a', 'Q1', dan 'M7c1a4a'. Ini bisa menunjukkan keragaman asal mereka," kata Herawati.

Kelompok E merupakan tipe yang hanya dimiliki para penutur Austronesia yang turun dari Taiwan (out of Taiwan) sekitar 5.000 tahun lalu. Tanda '1a1a' di belakang huruf 'E' menunjukkan mutasi gen yang menandai persinggahan mereka di masa lalu. Semakin panjang huruf dan angka di belakang E, artinya semakin banyak persinggahannya selama migrasi dari Taiwan sebelum tiba di Tanimbar.

Adapun haplogroup Q hanya dimiliki orang Papua dan Aborigin, kelompok migran pertama yang meninggalkan Afrika sekitar 70.000 tahun lalu dengan menyusuri garis pantai sepanjang khatulistiwa. Sekitar 50.000 tahun lalu, jejak mereka ditemukan di Asia Tenggara dan sekitar 46.000 tahun lalu, mereka tiba di Australia.

Haplogroup M merupakan tipe yang juga dimiliki migran pertama dari Afrika, tetapi jalurnya berbeda. Jejak 'M2' ditemukan di India 44.000 tahun lalu dan 'M7c1' ditemukan di Tiongkok 27.000-19.000 tahun lalu.

"Kelompok ini sering disebut sebagai Austroasiatik yang masuk ke Nusantara dari daratan Asia lewat Semenanjung Malaya yang saat itu masih satu dengan Sumatera," ujar Herawati.

Tiba-tiba, Gludhug Purnomo, peneliti muda Eijkman, berseru, "Wah, tipe 'F1' bukannya pernah kita temukan di Jepara (Jawa Tengah) juga? Betul juga kepercayaan masyarakat Sangliat Dol bahwa nenek moyang mereka dari Jawa? Setidaknya mereka pernah singgah di Jawa."

Sebagaimana haplogroup M, kelompok F juga bermigrasi dari daratan Asia ke Nusantara melalui Semenanjung Malaya.

Sejumlah gelombang

Temuan awal ini semakin menguatkan teori bahwa migrasi manusia ke Nusantara terjadi dalam beberapa gelombang. Temuan ini juga berpotensi merevisi pandangan klasik tentang pembagian dua ras yang mendiami Nusantara, seperti dijelaskan Alfred Russel Wallace (1823-1913) dalam The Malay Archipelago (1869): "Ras Melayu mendiami hampir seluruh bagian barat kepulauan itu, sedangkan ras Papua mendiami New Guinea (Papua) dan beberapa pulau di dekatnya".

Penyebutan Melayu dan Papua sebagai ras yang berbeda ini memang sudah lama disanggah. Pakar genetika asal Italia, Cavalli-Sforza (2000), membuktikan bahwa secara biologis, hanya ada satu ras manusia modern, yaitu Homo sapiens yang awalnya tinggal di Afrika. Pembagian biasanya dilakukan berdasarkan bahasa, jadi yang lebih tepat adalah penutur Austronesia dan Papua.

Namun, analisis DNA 6.000 individu dari 70 populasi utama di Indonesia menunjukkan percampuran gen dibanding pemisahan. "Pencampuran ini bersifat gradasi, dengan presentasi haplogroup Austronesia yang tinggi di Indonesia barat dan menurun ke timur. Hal ini diikuti rendahnya persentase genetik Papua di kawasan barat, tetapi meninggi di timur," ujar Herawati.

Secara sederhana bisa ditafsirkan bahwa penutur Papua telah lebih dulu menghuni Nusantara sebelum kedatangan populasi Austroasiatik dan Austronesia. Mereka kawin-mawin sehingga masyarakat Indonesia saat ini sebenarnya disatukan oleh pencampuran motif genetik Austronesia, Austroasiatik, dan Papua dengan komposisi bervariasi. Belakangan, sebagian populasi mendapat tambahan gen India, Tiongkok, Arab, dan Eropa. Inilah yang membentuk genetika manusia Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com