Hanid menerangkan kondisi di Pakistan. "Vortex (tekanan rendah) yang tumbuh di laut Arab bagian utara pada awalnya berada di atmosfer bagian atas," katanya.
"Beberapa hari kemudian, vortex itu turun ke permukaan dan menjadi area bertekanan rendah," tambahnya.
"Tekanan rendah dan kelembaban tinggi itulah yang menyebabkan panas tak tertahankan di Karachi, suhu seolah-olah 49 derakat celsius, sementara aktualnya 43 derajat celsius."
"Di bagian selatan Pakistan, suhu udara yang terbaca 47 derajat, celsius tapi orang hanya merasa 41 derajat celsius karena tekanan tinggi dan kelembaban rendah. Itulah mengapa tidak ada orang meninggal di sana," urai Hanif.
Fenomena seperti yang terjadi di Karachi semakin sering terjadi. Ilmuwan belum mengetahui sebabnya.
"Kita harus mencari tahu mengapa sirkulasi yang tak biasa ini terjadi saat ini," ungkap Krishnan.
Cuaca ekstrem
Perubahan iklim mungkin menjadi salah satu faktor yang memicu fenomena tak biasa itu. Panel Antar-pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) telah mengingatkannya.
"Pemanasan telah terjadi, pada level negara, di wilayah Asia Selatan selama abad ke-20 dan 2000-an," demikian assesment report kelima IPCC menyebutkan.
"Frekuensi gelombang panas meningkat sejak pertengahan abad 20 di sebagian besar wilayah Asia."
Ancaman gelombang panas selama ini tak mendapat perhatian karena terjadi perlahan, tak seperti banjir dan badai. Perhatian kini diperlukan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.