Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi SAR, Melacak Jejak AirAsia QZ8501 di Dasar Laut

Kompas.com - 05/01/2015, 15:15 WIB

Setiap hari perkiraan cuaca BMKG menunjukkan cuaca yang tak baik sepanjang hari. Itulah yang terjadi selama ini. Beberapa kali pula Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo menyatakan bahwa kesiapan semua unsur SAR bergantung pada kondisi cuaca.

Upaya SAR di tengah cuaca buruk pernah dilakukan di antaranya saat helikopter mengambil kantong jenazah di KRI Yos Sudarso. Demi menghindari dampak buruk pada tim SAR, akhirnya hanya satu jenazah yang bisa diambil. ”Helikopter tidak bisa mendarat di kapal,” kata Soelistyo (Kompas, 2/1/2015).

Sebelumnya, sejumlah kapal, termasuk Baruna Jaya 1, terpaksa menghentikan pencarian untuk berlindung dari terpaan angin kencang dan gelombang setinggi 5 meter. Mereka bergerak ke kawasan teluk yang lebih tenang.

Berdasarkan laporan penyelam yang sempat turun ke laut, Minggu kemarin, bahwa jarak pandang di dalam laut maksimal hanya 2 meter! "Jarak pandang bawah laut juga berkurang oleh tutupan klorofil yang tergolong subur hingga 1 miligram per meter kubik akibat tingginya limpasan material atau zat hara dari pesisir," kata Kepala Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Nani Hendiarti.

Kapal khusus

Kondisi lingkungan perairan Selat Karimata yang dinamis riskan jika dilakukan penyelaman ke lokasi badan pesawat AirAsia. ”Proses evakuasi juga memerlukan kapal khusus yang dilengkapi sistem kendali kestabilan kapal atau dynamic positioning system (DPS),” kata Dwi Susanto, profesor bidang riset bidang ilmu kelautan dan atmosfer dari Universitas Maryland Washington DC, Amerika Serikat.

Hal itu berdasarkan pengalaman ekspedisi pemasangan alat ukur arus laut trawl resistant bottom mounted (TRBM) yang menggunakan sistem akustik (acoustic doppler current profilers). Ekspedisi di Selat Karimata pada 19-26 Desember 2014 itu dilakukan tim Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Puslitbang Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Proses pencarian memerlukan kapal dengan sistem kendali berupa baling-baling di empat sisi lambung, yaitu kiri-kanan dan depan-belakang. Kapal yang dilengkapi DPS umumnya digunakan pada pengeboran minyak lepas pantai untuk menjaga posisi kapal tetap di atas pipa.

Kapal jenis itu antara lain dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dinamai Bawal Putih III. Kapal dengan panjang 42 meter itu sandar di Pelabuhan Muara Baru. (YUNI IKAWATI/M ZAID WAHYUDI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com