Salah juga mengatakan bahwa Kalimantan bebas dari ancaman tsunami. Kajian peneliti tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, menunjukkannya.
Widjo mengatakan, berdasarkan kajian pada tahun 2010, aktivitas subduksi ganda antara Sulawesi Utara dan Maluku berpotensi menimbulkan gempa bermagnitudo 8,1.
Gempa itu diprediksi bisa menimbulkan tsunami. Bukan hanya wilayah Sulawesi dan Maluku saja yang akan terdampak, tetapi juga Kalimantan.
Wilayah Kalimantan yang berpotensi terdampak tsunami antara lain Kutai Timur, Berau, Nunukan, dan Bulungan.
Tsunami skala sedang bisa menerjang 2-2,5 jam setelah gempa. Ketinggian 0,5 - 1 meter di perairan dangkal dan mencapai 2 kali lipatnya di pantai.
Dampak tsunami bisa parah mengingat kawasan pesisir Kalimantan adalah urat nadi ekonomi. Di samping itu, kesiapsiagaan masih minim.
Dari 4.500 km panjang pantai rawan tsunami hanya ada 38 sirine tsunami dari kebutuhan 1.000 sirine. Shelter evakuasi hanya ada 50 unit dari kebutuhan 2.500 unit.
Subduksi ganda di antara Sulawesi Utara dan Maluku sendiri punya aktivitas seismik tinggi. Dalam rentang waktu 1600 - 2007, ada 2.800 kejadian gempa dan 10 tsunami.
Jarak tsunami satu dan berikutnya pasti ratusan tahun
Tidak tepat. Tsunami yang bersumber dari subduksi yang sama mungkin berjarak ratusan tahun. Tetapi, bisa saja satu kota terdampak tsunami berkali-kali dalam hitungan tahun.
Kota Sendai di Jepang beberapa kali terdampak tsunami dalam jeda waktu singkat. Sumber gempa yang mengakibatkan tsunami berbeda.
Wilayah barat Sumatera memiliki sumber gempa lautan yang banyak. Jadi, satu kota di wilayah itu juga bisa terdampak tsunami berkali-kali.
Meskipun Aceh pernah terdampak tsunami besar pada tahun 2004, bukan berarti kota serambi Mekkah itu baru bisa terdampak tsunami ratusan tahun kemudian.
Aceh bersama Padang dan Mentawai bisa saja terdampak tsunami dari sumber gempa yang berbeda. Jadi, harus tetap waspada.
Tanggul laut pasti bisa melindungi diri dari tsunami
Salah. Secara umum, memang dikatakan bisa. Tapi, seperti halnya teknologi pada umumnya, tetap ada keterbatasan.
Tanggul laut memiliki keterbatasan pada ketinggian dan kekuatan. Bila tinggi gelombang tsunami rendah, tanggul laut memang bisa melindungi.
Kasus gempa bermagnitudo 9 pada 11 Maret 2011 di Jepang adalah bukti bahwa tanggul laut tidak dapat melindungi 100 persen. Ketinggian gelombang lebih tinggi dari tanggul laut.
Inilah pentingnya perencanaan tata ruang dan memilih hunian di kawasan yang relatif jauh dari lautan.