10 Tahun Tsunami Aceh, Akurasi Peringatan Dini Masih Jadi PR

Kompas.com - 26/12/2014, 08:45 WIB

KOMPAS.com - Sepuluh tahun setelah kejadian tsunami Aceh pada 24 Desember 2004 lalu, Indonesia masih tetap harus berjuang meningkatkan kesadaran bencana sekaligus sistem peringatan dini yang akurat.

Sejumlah kejadian gempa pasca Aceh menunjukkan bahwa peringatan dini yang kurang tepat (false response) masih terjadi. Hal ini membuat masyarakat tidak siap menghadapi bencana sekaligus mengikis kepercayaan.

Kasus false response terakhir terjadi saat gempa Chile bermagnitudo 8,2 pada 2 April 2014. Peringatan dini yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) justru memicu kepanikan.

Dalam peringatan dini, disebutkan bahwa wilayah Indonesia yang berpotensi diterjang tsunami mencakup 115 lokasi kabupaten/kota di 19 provinsi. Tsunami dinyatakan berpotensi mencapai wilayah Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan lainnya.

Peneliti gempa dan tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT), Widjo Kongko, mengungkapkan, peringatan dini itu terlalu berlebihan, hingga ke selatan Jawa. Padahal, prediksi gelombang tsunami yang mencapai Indonesia hanya setengah meter.

Kasus lain adalah gempa Pangandaran pada 17 Juli 2006 yang memicu tsunami setinggi 2 meter dan gempa Mentawai pada 25 Oktober 2010 yang juga menyebabkan tsunami. "Itu gempa lamban. Kita semua terkecoh, merasa tsunami tidak akan terjadi," kata Widjo.

False response lain terjadi dalam kasus gempa Aceh pada 15 April 2012. Gempa kembar di wilayah outer rise bermagnitudo masing-masing 8,5 dan 8,1 yang memiliki episentrum 483 km dari Simelue itu memiliki mekanisme unik dan paling kompleks.

"(Kenyataannya) hanya menimbulkan tsunami kecil, kurang dari 1 meter, tetapi menimbulkan kepanikan yang luar biasa. False response terjadi karena dianggap akan terjadi tsunami besar," papar Widjo.

"Kita gagal warning secara akurat dan tepat karena data gelombang awal tsunami tidak terverifikasi dengan baik. Alay buoy kita mati," imbuhnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/12/2014).

Widjo mengungkapkan, ke depan Indonesia harus mampu memberikan peringatan dini tsunami yang lebih akurat dan tepat, mencakup informasi ketinggian, waktu kedatangan, dan wilayah yang mungkin terdampak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau