Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Khusus Penghancur Sampah Organik

Kompas.com - 23/11/2014, 15:56 WIB

Hermetia illucens betina bisa menghasilkan 300-1.000 telur. Lalat jenis ini menyembunyikan telur di tempat aman, seperti di sela-sela kardus atau tumbuhan segar dan hidup.

Banyaknya telur membuat khawatir terjadi ledakan populasi. "Overpopulasi sangat sulit karena predatornya sangat banyak. Kandungan protein Hermetia illucens membuat burung, kadal, cecak, laba-laba, dan tupai gemar menyantap," kata Agus, yang sudah meneliti biokonversi sampah sejak tahun 2010.

Pasukan pengurai

Kemampuan Hermetia illucens mengurai sampah tak perlu diragukan lagi. Setiap ekornya rata-rata menghasilkan 500 maggot dalam satu siklus hidupnya. Apabila ada 20 ekor, nantinya akan ada 10.000 maggot.

Dalam satu hari, 10.000 maggot mampu mengurai 1 kilogram sampah rumah tangga (sisa makanan) dalam 24 jam dan menyisakan 200 gram sampah terurai yang biasa disebut bekas maggot (kasgot). Kasgot dapat langsung dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Sementara itu maggot yang baru saja menyelesaikan tugas mengurai sampah, dalam tiga hari akan bermetamorfosis menjadi prepupa (fase puasa). Prepupa memiliki kandungan protein hingga 45 persen, lemak 35 persen. Dengan kandungan protein tinggi, prepupa dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan ikan.

Guna menjaga populasi dan siklus Hermetia illucens, Agus tak sepenuhnya menjadikan prepupa sebagai pakan. Ia menyisakan 3 persen prepupa agar melanjutkan siklus hidupnya menjadi pupa dan lalat dewasa.

Tak hanya mengurai sampah dan sumber protein bagi ternak, biokonversi sampah menggunakan lalat hitam itu juga mampu menyuburkan tanah. Perusahaan gula PT Gunung Madu Plantations membuktikannya.

Di perusahaan gula itu, pasukan lalat hitam mengurai sisa endapan hasil pengolahan tebu (blotong) hingga 10 persen. Apabila maggot mengurai 10 kilogram blotong, maka dihasilkan 9 kg pupuk organik dari blotong.

Dalam satu tahun, PT Gunung Madu Plantations mendapat 80.000 ton blotong dari sisa produksi gula. Mereka juga akan dapat 72.000 ton pupuk organik.

”Pupuk hasil penguraian maggot Hermetia illucens ternyata berdampak positif bagi perkebunan kami. Lapisan olah yang semula memiliki ketebalan 10 cm kini bertambah jadi 14 cm. Kadar nitrogen dalam tanah juga meningkat 37,6 persen dari semula 0,9 kini menjadi 1,2,” kata Manager Umum, Bisnis, dan Keuangan PT Gunung Madu Plantations Gunamarwan.

Agus dan Gunamarwan berharap biokonversi sampah itu bisa menular, baik di permukiman warga maupun perusahaan perkebunan. Tahun 2011, sampah masyarakat Indonesia 80.000 ton per hari (Kompas, 15/11/2013). Jumlah itu meningkat tahun 2014, mencapai 200.000 ton per hari.

Pada 2025, dengan prediksi jumlah penduduk 270 juta jiwa, diperkirakan akan ada 270.000 ton sampah per harinya. Asumsinya, per orang menghasilkan 0,5 kg-1,5 kg sampah per hari (Kompas, 7/3).

Di tengah berbagai upaya memerangi sampah, pasukan khusus lalat hitam sudah dan siap diterjunkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com