Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Abad Masih Tak Bisa Satukan Tanggal Hari Raya?

Kompas.com - 04/10/2014, 22:06 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Kawasan Timur Tengah, kata Susiknan, pada umumnya melaksanakan shalat Idul Adha pada Sabtu. Selain kawasan Timur Tengah, keputusan tersebut diikuti oleh Belanda, Spanyol, Inggris, Denmark, dan Fiqh Council of North America (FCNA) di Amerika Serikat.

Di Indonesia, Muhammadiyah adalah salah satu organisasi masyarakat yang menyatakan bahwa shalat Idul Adha pada 10 Dzulhijah 1435 H bertepatan dengan 4 Oktober 2014. (Baca: Muhammadiyah Tetapkan Idul Adha 4 Oktober).

Dasar penentuan shalat Idul Adha 1435 bertepatan dengan 4 Oktober 2014 adalah hisab wujudul hilal, alias perhitungan astronomi bahwa bulan sudah di atas ufuk, terlihat dengan mata telanjang ataupun tidak.

Adapun Pemerintah Indonesia menetapkan Idul Adha 1435 H bertepatan dengan 5 Oktober 2014. Negara lain yang berkeputusan sama  adalah negara-negara maghribi di benua Afrika, seperti Tanzania, Afrika Selatan, Zambia, dan Kenya, demikian pula negara-negara jiran seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Penentuan 10 Dzulhijah 1435 H bertepatan dengan 5 Oktober 2014 ini memakai metode rukyat. Ketika bulan tak terlihat dengan mata telanjang, maka bulan Dzulkaidah digenapkan menjadi 30 hari, yang karenanya 1 Dzulhijah 1435 H ditetapkan bertepatan dengan Jumat (26/9/2014).

Sementara itu, sebut Susiknan, laman Islamic Crescents’ Observation Project (ICOP) maupun moonsighting, melaporkan bahwa ada lima negara yang menetapkan 10 Dzulhijah 1435 H bertepatan dengan 6 Oktober 2014. Kelima negara itu adalah Banglades, India,Oman, Pakistan, dan Srilanka.

Dialektika

"Semua ini terjadi karena umat Islam belum memiliki sistem kalender Islam yang mapan dan terpadu," tulis Susiknan. "Yang ada hanyalah kalender Islam lokal yang berlaku pada negara, kawasan, atau kelompok tertentu dan tidak berlaku untuk negara dan kawasan lain."

Susiknan pun mengkritisi dialog tentang penyatuan kalender Islam ini terlalu banyak didominasi perdebatan antara metode hisab dan rukyat. "Saya mengingatkan pemerintahan yang baru, khususnya kepada bapak Jusuf Kalla untuk melanjutkan gagasannya yang telah dirintis sejak 2007, (untuk) mewujudkan kalender Islam pemersatu demi kemajuan peradaban Islam ke depan".

Dalam salah satu diskusi di laman Facebook pakar astronomi Thomas Djamaluddin, Susiknan mengatakan ada tiga hal penting yang kini belum terjawab apalagi disepakati, terkait penyatuan kalender Islam ini. "Yaitu konsep hilal, metode untuk mengetahui hilal, dan matla," sebut dia. Matla, atau lengkapnya matla fi wilayatil hukmi, adalah konsep tentang kesamaan wilayah.

Menurut Susiknan, gagasan soal penyatuan kalender Islam sudah diawali Muhammad Ilyas, yang mengenalkan International Lunar Date Line. Gagasan itu kemudian ditindaklanjuti oleh Nidhal Guessoum, Mohammad Odeh, Khalid Shawkat, M Durrani, dan Jamaluddin Abd Razik.

Susiknan pun menyampaikan setidaknya ada empat usulan sistem kalender yang akan diuji dan dipilih yang paling memungkinkan untuk menjadi pedoman bersama. Keempat kalender dimaksud yaitu kalender al-Husain Diallo, kalender Libya, kalender Ummul Qura, dan kalender Terpadu dari Jamaluddin Abd Eazik.

Kuncinya kesepakatan

Adapun Thomas dalam lamannya menulis bahwa persoalan penentuan penanggalan Islam ini secara teknis astronomi sangatlah mudah. "Penyatuan kriteria hisab-rukyat," sebut dia. Thomas menulis juga, implementasinya pun mudah, yaitu asalkan ada kesepakatan.

Kesepakatan itu, lanjut Thomas, terkait tiga hal, yaitu otoritas, kriteria, dan batas. "Kata kuncinya adalah kesepakatan," tegas dia.

Dalam kasus India dan negara-negara yang menetapkan Idul Adha 1435 H bertepatan dengan 6 Oktober 2014, Thomas menyisipkan penjelasan tentang penyebabnya.

"Mereka memakai derajat penampakan hilal yang lebih besar lagi (daripada yang dipakai NU atau pengguna perhitungan berbasis rukyat), dan tanpa alat," kata dia. (Baca: Idul Adha di India Jatuh pada 6 Oktober, kok Bisa Ya?)

Dari semua dialektika yang terjadi sampai dengan saat ini, Jimly berkeyakinan penyatuan kalender Islam adalah niscaya. "Suatu hari kelak pasti bisa," ujar dia. Semoga....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com