Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Kekayaan Energi di Laut

Kompas.com - 01/09/2014, 19:11 WIB

Energi yang paling dilirik untuk dikembangkan dari laut secara umum adalah energi gelombang. Indonesia yang terletak di antara dua samudra besar yang jadi motor pergerakan arus laut global memiliki potensi besar mendapat gelombang kuat.

”Sepanjang pantai selatan yang merupakan bagian dari Samudra Hindia berpotensi tinggi untuk sumber energi dari gelombang laut,” kata Dwi. Panjang pantai yang menghadap ke selatan dan menjadi bagian Samudra Hindia membentang mulai dari Sumatera Selatan hingga sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sementara dari catatan yang disampaikan Alan, ”Konversi gelombang laut dengan tinggi rata-rata 1 meter dengan periode 9 detik mempunyai daya 4,3 kilowatt (kW) per meter panjang gelombang.”

”Dari deretan gelombang setinggi dua dan tiga meter bisa membangkitkan daya 39 kW per meter panjang gelombang,” ujar Alan. Kekuatan energi itu menurun ke arah timur.

Di sisi barat Pulau Sumatera berpotensi menghasilkan sekitar 20 kW per meter panjang gelombang. Di selatan Jawa hingga selatan Sulawesi, gelombang berpotensi menghasilkan 15 kW per meter panjang gelombang. Sementara pantai selatan dengan posisi lebih timur dari Sulawesi menghasilkan sekitar 5 kW per meter panjang gelombang.

Energi gelombang merupakan energi kinetik (energi yang muncul akibat adanya gerak). Energi itu memanfaatkan beda tinggi gelombang laut.

Untuk mengonversikan energi gelombang menjadi energi listrik, dibutuhkan persyaratan terkait parameter-parameter gelombang yaitu tinggi gelombang, periode gelombang, dan panjang gelombang laut.

Menurut catatan pada paparan itu, bagian dari paparan Alan, ada 4 teknologi yang telah diaplikasikan sebagai pembangkit listrik yaitu sistem Rakit Cockerell/Pelamis, Tabung Tegak Kayser, Pelampung Salter, dan Tabung Masuda.

Arus pasang surut laut

Selain gelombang, arus pasang surut laut adalah potensi besar lain yang pantas dikembangkan.

”Yang dimaksud adalah arus pasang surut, bukan perbedaan tinggi air saat laut pasang dan surut,” kata Dwi. Arus pasang surut ditemukan di selat-selat sempit yang banyak terdapat di sela-sela kepulauan di wilayah timur Indonesia. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengukur potensi energi dari arus pasang surut itu.

Beberapa arus pasang surut yang kuat, di antaranya Selat Ceningan di antara Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. ”Selatnya sempit, lebarnya hanya sekitar 50 meter, arusnya bagus, arusnya kuat,” jelas Dwi. Dari penelitian yang pernah dia lakukan, kecepatan arus pasang surut laut Indonesia di beberapa lokasi, bisa mencapai lebih dari lima meter per detik.

Selat itu amat sempit dengan perbandingan lebar 50 meter dan panjang sekitar satu kilometer (1.000 meter). ”Karena selat panjang, turbin bisa di pasang di sejumlah titik mengikuti panjang selat,” kata dia.

Pada paper yang disampaikan Alan, cara kerja pembangkit listrik tenaga arus laut tak berbeda jauh dengan pembangkit listrik memakai tenaga angin, yang memanfaatkan putaran kincir untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik.

Untuk bisa menghasilkan listrik, syaratnya adalah kecepatan arus laut minimum adalah dua meter per detik, dan yang ideal sekitar 2,5 meter per detik. Energi arus pasang surut itu cocok untuk pulau-pulau kecil.

Menurut Dwi, tenaga angin di Indonesia tak optimum untuk dijadikan sumber energi jika dibandingkan arus pasang surut dan gelombang laut. Penyebabnya, ”Angin di Indonesia tergantung dari musim, sehingga sering bergeser. Angin lokal bisa kecil sekali. Arah angin dan kecepatannya tak konsisten,” ujarnya.

Di masa mendatang, muncul harapan agar energi terbarukan dari potensi laut bisa dikembangkan. Pengembangan energi terbarukan dari potensi yang ada di laut adalah satu dari sekian hal yang bisa membawa Indonesia berjaya kembali di laut. Jadi, moto Angkatan Laut kita, ”Jalesveva Jayamahe” (di Lautan Kita Jaya) terwujud, dan cita-cita Indonesia menjadi Poros Maritim pun tercapai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com