Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramadhan Beda, Lebaran Sama

Kompas.com - 26/06/2014, 16:42 WIB

Peningkatan kontras itu jadi salah satu solusi karena masalah utama pengamatan hilal adalah persoalan kontras antara cahaya hilal dan cahaya senja. Jika cahaya senja masih kuat, cahaya hilal bisa terkalahkan hingga hilal tidak bisa teramati.

”Kamera CCD dan teknik pemrosesan citra jamak digunakan dalam astronomi untuk memotret benda langit. Namun, apakah teknik pemrosesan citra itu bisa diterima hukum agama masih jadi perdebatan karena ia membuat sesuatu yang sebelumnya tak terlihat jadi terlihat,” paparnya.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin menambahkan, secanggih apa pun kamera CCD, ia tak bisa dipakai untuk memotret hilal yang terlalu dekat dengan Matahari, terlalu muda, atau terlalu rendah di dekat ufuk. Karena itu, batasan kriteria terlihatnya hilal (imkan rukyat) tetap harus diperhatikan dalam pemotretan hilal dengan kamera CCD.

Penyatuan kalender

Selain awal Ramadhan, Idul Adha tahun 2014 ini juga berbeda. Masyarakat yang menggunakan kriteria terbentuknya hilal ber-Idul Adha pada Sabtu, 4 Oktober, dan yang memakai kriteria terlihatnya hilal merayakan pada Minggu, 5 Oktober.

Menurut Thomas, awal Ramadhan dan Syawal tahun 2015-2022 akan berlangsung bersama. Adapun Idul Adha akan bersamaan antara 2016 dan 2022. Kesamaan itu bukan karena ada kesepakatan kriteria awal bulan hijriah, melainkan karena posisi bulan memungkinkan terjadi kebersamaan.

Kesepakatan kriteria awal bulan hijriah itu tak berarti mengabaikan metode penentuan awal bulan hijriah dengan perhitungan (hisab) atau pengamatan (rukyat) yang digunakan kini.

Anggota Konsorsium Pengamatan Hilal Nasional Simpul Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, yang juga dosen Jurusan Fisika UPI, Judhistira Aria Utama, mengatakan, hisab dan rukyat bagai dua sisi mata uang. Keduanya saling melengkapi dan tak bisa dipisahkan.

”Meski hisab dilakukan, rukyat tetap relevan dilaksanakan,” kata dia. Rukyat adalah mekanisme pembuktian yang merupakan asas semua cabang ilmu alam. Semua hal tak cukup diteorikan atau dihitung, tapi harus dibuktikan keberadaannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com