Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lintang Kartika, Bintangnya Bintang Orang Jawa

Kompas.com - 10/04/2014, 21:46 WIB

Lepas dari semua mitologi yang melingkupi, Bintang Tujuh Bidadari merupakan gugus terbuka (open cluster) yang berisi bintang-bintang biru terang yang masih dibalut kabut debu sisa materi pembentukannya. Ini menandakan gugus ini masih berumur muda, terbentuk sekitar 100 juta tahun lalu.

Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung, M Ikbal Arifyanto, mengatakan, gugus bintang terbentuk dari sebuah awan molekul antarbintang yang runtuh dan membentuk banyak bintang dalam satu ikatan gravitasi.

Setelah bintang terbentuk, sisa materi yang tak menjadi bintang menyelimuti gugus bintang itu. Bintang baru akan terlihat saat angin bintang menyibak gas tersebut. Warna biru pada gas yang menyelimuti bintang itu merupakan refleksi cahaya bintang oleh debu di sekitarnya.

”Pembentukan bintang dan gugus bintang di Galaksi Bimasati masih banyak terjadi,” kata Ikbal. Sebagai galaksi berbentuk spiral, Bimasakti masih mengandung banyak materi antarbintang, terutama di lengan galaksi, yang masih cukup untuk membentuk bintang baru.

Ikatan gravitasi antarbintang pada gugus terbuka cukup lemah. Interaksi di antara bintang anggota gugus bisa membuat anggota gugus terlepas dari ikatan. Bintang yang terlepas itu biasanya bermassa kecil.

Ikatan lemah dan interaksi di antara anggota gugus bisa juga mengubah susunan gugus. Kondisi ini rentan terjadi pada Pleiades. Bintang bermassa besar cenderung tertarik ke pusat gugus, sedangkan yang lebih kecil berada di bagian luar gugus.

Perubahan bentuk dan susunan gugus dipengaruhi oleh evolusi setiap bintang anggota gugus. Bintang bermassa besar yang berumur pendek akan menjadi supernova yang memicu gugus kehilangan massa sehingga radius gugus pun mengecil agar stabil.

Ikbal menambahkan gaya pasang surut galaksi juga memengaruhi evolusi gugus bintang. Jika gaya ikat gugus lebih kecil dari gaya pasang surut galaksi, gugus akan mudah tercerai berai. Proses ini butuh waktu ratusan juta tahun. (KOMPAS CETAK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com