Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/02/2014, 10:41 WIB
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT *

Penulis

Sumber Kompasiana

Begitu tak ingat sesuatu apa pun dan kita sudah tak menyadari sekeliling, kita memasuki tahap N2. Dalam tahap tidur ini kita masih dapat dibangunkan dengan suara keras. Selanjutnya, kita masuk semakin dalam hingga lebih sulit untuk dibangunkan. Inilah tahap N3. Beberapa waktu di tidur N3 kita akan kembali ke N2.

Dari N2 kita tak kembali ke N1 tetapi memasuki tahap tidur R. Pada tahap tidur inilah kebanyakan mimpi kita berada. Sebagai pengaman, otot-otot besar kita dilumpuhkan agar tak bergerak mengikuti isi mimpi. Hanya pada tahap tidur inilah kita sungguh-sungguh tidak bergerak.

Setelah alami satu siklus tidur ini, siklus pun berulang kembali ke N2, N3, R dan kembali ke N2.

Untuk kesehatan tidur

Ada beberapa konsekuensi yang harus diketahui pengguna gelang pemantau kebugaran. Karena sifatnya yang tak akurat, ketika membaca durasi tidur, sadari bahwa kita tak tidur selama itu. Ada kemungkinan kita tidur setengah jam hingga satu jam dibanding yang dilaporkan.

Jika kita membaca bahwa kita tidur selama delapan jam semalam dan merasa cukup tidur dan tidak bermasalah, sebenarnya kita mungkin hanya tidur tujuh atau tujuh setengah jam. Lalu kita merasa tak ada masalah, padahal perlahan kekurangan tidur menggerogoti kesehatan dan produktivitas.

Tetapi apakah gelang pemantau kebugaran tak berguna sama sekali bagi pemantauan kesehatan tidur? Sama sekali tidak. Fitness trackers ini tetap dapat kita manfaatkan sebagai pemantau pola tidur. Hanya bukan sebagai alat pemeriksaan medis. Untuk mendampingi, catat juga pola tidur harian. Bandingkan hasilnya dengan laporan pemantau kebugaran, lalu lihat bagaimana performa kita sehari-hari.

Kumpulkan catatan selama dua minggu untuk melihat pola tidur, bandingkan dengan kebugaran dan performa kita. Jika sudah teratur namun masih merasa mengantuk dan cepat lelah, periksakan diri ke dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Kompasiana
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com